Rindu itu matahari karena jilatan cahayanya menghangatkan tubuhku dan suluhnya menerangi seluruh kehidupanku
Rindu itu bulan, karena disaat aku memandangnya dalam gelap, yang tampak hanyalah keindahan
Rindu itu malam, disaat aku bermimpi atau mengkhusyukkan diri, justru terhempas dalam pelukan mesra gelapnya dan tenggelam dalam tafakur gulitanya
Rindu itu air yang mengalir, jikapun telah kubendung, ia meluap memenuhi setiap ruang-ruang tersempit dalam keluasan lubuk hati ini
Rindu itu angin yang meniupkan irama keteduhan, membisikkan alunan kesepian, menerbangkan setiap jiwa yang tenang menuju kedamaian
Rindu itu api yang panasnya membakar atau melelehkan apa saja yang mewujud, tetapi ia menghangatkan ketika jauh dan tak bersentuhan
Rindu itu gunung yang tinggi, yang tampak hanya puncaknya di kejauhan namun terasa sulit dan berat ketika bermaksud menggapainya
Rindu itu tabir yang menghalangi setiap pandangan, menutupi segala jangkauan pancaindera yang teramat sangat sulit menembusnya
Rindu itu beban, tapi bukan karena berat
Rindu itu jarak, sekalipun bukan karena jauh atau dekat
Rindu itu asa, karena menyatu di dalam jiwa
Rindu itu kejujuran karena berasal dari lubuk hati terdalam
Aku rindu hadirmu dalam keheningan jiwa, memandangmu dari sela-sela kotor saluran tubuhku
Memelukmu dengan tanganku yang terlanjur berlumur lumpur dan debu
Aku rindu, sekalipun aku tak pernah bertemu, tak pernah sekalipun kudengar tutur katamu
Rinduku hanya mampu terucap dari bibir yang selalu mencibir, hati yang senantiasa dengki, dan laku yang selalu saja tampak menipu