Sore ini, sembari saya duduk di sofa, saya tertarik untuk membaca artikel yang diterbitkan oleh Bapak Dosen Study Rizal L. Kontu, sebagai dosen pengampu Pendidikan Pancasila pada semester satu Kesejahteraan Sosial. Artikel tersebut berjudul, "Joged di Atas Luka: Saat Wakil Rakyat Melupakan Penderitaan Publik." Saya tertarik untuk membacanya, karena berita tersebut sedang ramai dibacarakan hingga menimbulkan kontroversi dari berbagai sudut pandang masyarakat. DPR RI sebagai perwakilan rakyat Indonesia tersebut menuai perhatian dari publik, karena para anggota DPR yang asyik berjoget disaat sidang tahunan MPR. Aksi tersebut dianggap tidak memiliki etika, karena para anggota dewan berjoget dengan semangat dan menikmati alunan musik yang dipasang, sedangkan diluar dari gedung tersebut, banyak sekali rakyat yang sedang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Saya setuju dengan salah satu kutipan yang tercantum pada artikel Bapak Dosen Study Rizal, "Bagi sebagian orang mungkin itu dianggap hiburan, bahkan tanda keakraban. Namun bagi banyak rakyat kecil, joged itu tampak seperti ironi: pesta di atas luka, kegembiraan yang berlangsung di atas panggung penderitaan." Kalimat tersebut sangat menggambarkan keadaan saat ini, yang mana di tengah penderitaan masyarakat sedang mengalami kesulitan ekonomi dengan gaji yang tidak mencukupi dan lapangan perkerjaan yang menyempit hingga tingkat pengangguran melonjak. Berbanding terbalik dengan anggota DPR yang dapat memperoleh pendapatan hingga 100 juta rupiah per-bulan dan mendapatkan tunjangan rumah sebesar 50 juta rupiah. Saya ikut sedih dan kecewa ketika mengetahui berita dan melihat aksi joget tersebut. Menurut saya, seharusnya para anggota DPR itu bekerja dengan serius, mendengarkan aspirasi rakyat, tidak memperlihatkan kesenangannya atau flexing ditengah hiruk pikuk masyarakat Indonesia yang sedang berjuang dalam melewati masa-masa sulit. Anggota DPR memiliki tugas untuk mendengarkan dan mencari solusi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi para masyarakat, memastikan bahwa pemerintahan berjalan sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing, serta menunjukkan sikap empati dan beretika sesuai dengan posisi pekerjaan yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar dapat membangun masyarakat Indonesia yang sejahtera. Alih-alih bekerja dengan serius, para anggota DPR justru sibuk mencari popularitas agar dilirik oleh masyarakat, bahkan sampai mengeluarkan statement yang menyakiti hati para masyarakat Indonesia.Â
Adapula kalimat yang menjadi sorotan pada artikel beliau yakni, "Ketika panggung itu dipakai untuk berjoged, ia mengalami degradasi makna: dari forum representasi rakyat menjadi arena hiburan internal." Saya setuju, menurut saya ruangan yang seharusnya dijadikan sebagai penyampaian aspirasi masyarakat tetapi beralih fungsi sebagai tempat untuk berjoget disaat rakyat mengalami kesulitan. Hal ini menjadi bukti bahwa kurangnya empati dan perhatian dari wakil rakyat terhadap situasi yang sedang dihadapi para rakyat. Saat melihat berita tersebut, pastinya rakyat sangat kecewa dan berkurangnya rasa kepercayaan pada anggota DPR yang seharusnya mencarikan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Sehingga, menurut saya hal yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan berita viral ini yaitu dengan segera klarifikasi atas tindakan yang sudah terjadi, melakukan permintaan maaf secara terbuka pada masyarakat, kembali konsisten bekerja sesuai dengan posisinya dalam menyampaikan aspirasi masyarakat, serta mencari solusinya agar kehidupan masyarakat Indonesia kedepannya segera membaik dari aspek ekonomi hingga aspek kehidupan lainnya.
Terakhir, saya akan berkomentar terhadap gaya penulisan dari artikel Bapak Dosen Study Rizal, yang berjudul, "Joged di Atas Luka: Saat Wakil Rakyat Melupakan Penderitaan Publik." Menurut saya, gaya penulisan pada artikel beliau sudah sangat baik dan mudah dipahami. Saya sebagai pembaca sangat kagum melihat kata-kata beliau yang bermakna sangat dalam dan terdapat kata-kata yang menekan sehingga membuat artikel tersebut menjadi kuat. Dengan ilustrasi gambar yang diberikan juga sangat sesuai untuk mendeskripsikan dengan situasi aslinya pada artikel tersebut. Walaupun artikel tersebut hanya terdiri dari 6 paragraf, akan tetapi artikel tersebut sudah menjelaskan secara singkat dan padat, sehingga pembaca mudah memahami isi dari artikel. Pada akhir kalimat, dilengkapi pula pesan yang disampaikan untuk para anggota DPR agar dapat memperbaiki perannya untuk bertugas kembali dalam melayani masyarakat Indonesia.
Sekian, terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI