Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiga Hari Jalan Kaki Menyusuri Wina

26 September 2020   20:29 Diperbarui: 26 September 2020   21:34 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaganawati (sumber: dw.com)

Pada webinar Koteka sore ini, nara sumber ke dua Gaganawati yang merupakan Kompasianer dan admin Koteka. Gaganawati memaparkan pengalamannya jalan kaki di Wina sampai gempor. 

Dari rumahnya di Setingen Jerman, Gaganawati diantar suami ke Zurich lalu naik pesawat ke Wina selama satu jam perjalanan. Dengan hanya berbekal tas gendong yang berisikan pakaian ganti dan pakaian untuk menari yang beratnya hanya 8 kg, tanpa bagasi karena berniat jalan kaki di Wina. Ke Wina untuk bertemu Kartika Affandi yang ada acara di  Universitas Krems. Dan memperkenalkan tarian Indonesia di universitas itu.

Dari bandara membeli tiket transportasi ke pusat kota melalui mesin dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Pesan Gaganawati, Anda harus memveli tiket, karena petugas yang memeriksa tiket tidak mengenakan seragam. Bila sedang sial dan  tertangkap dendanya 60 Euro.

 Tiba lebih cepat dari waktu yang dijanjikan dengan Kartika dan harus nenunggu di Wisma KBRI. Daripada jenuh menunggu, lalu jalan kaki di sekitar Wisma KBRI. Menjumpai sebuah taman yang dikenal sebagai Taman Turki karena taman itu pernah menjadi tempat istirahat tentara Turki saat menyerbu Austria pafa abad ke 15.

Berjalan kaki dalam udara dingin. Menemukan menara peninggalan Raja Austria. Lalu bercerita pengalaman mencari toilet yang bersih dan gratis.

Malam harinya mendapatkan "free dinner" karena dijamu makan malam oleh Dubes RI untuk Austria berupa makanan Indonesia. Setelah itu masih mendapatkan penginapan gratis dari Kartika.

Lalu tempat mana yang patut dikunjungi di Wina?

Anda harus mengunjungi Cafe Central atau yang dikenal sebagsi Cafe Hitler karena Hitler suka makan kue disitu. Namun antrean sangat panjang dan ber jam-jam, dan yang boleh masuk hanya yang sudah reservasi dan rombongan. 

Padahal Gaganawati hanya pergi sendiri, maka ia mencari akal mengajak seorang perempuan Asia untuk membentuk group sehingga berhasil diizinkan masuk. Kue yang dipesan masih tersisa dan sayang ditinggalkan, ketika minta dibungkus sangat terkejut karena kemasannya bagus sekali.

Mengunjungi gereja tua dengan arsirektur Barok yang wow, mengunjungi museum dan mengunjungi pasar tradisional untuk window shopping. Prinsipnya saat traveling, jangan koleksi barang tapi koleksi moment. Jadi Gaganawati sengaja tidak berbelanja.

Gaganawati sempat mengunjungi kantor walikota yang sedang mengadakan festival sehingga banyak anak muda yang mengenakan busana cosplay Menyaksikan kereta kencana berupa kereta kuda yang indah. Menemukan ice cream dan sosis bercampur ganja, namun tidak berani mencobanya.
Untuk jalan-jalan di Wina sebenarnya ada bis yang murah, taksi dengan mobil listrik dan kereta kencana yang mahal.

Dunia adalah sebuah buku, Anda harus bepergian supaya tidak membaca satu halaman saja.

Kuliner khas Austria hampir mirip dengan Jerman yakni wiener schnitzel dari sapi muda. Bagi Anda yang mencari kulinrr Eropa dan Asia juga tereedia.

Selama virus Corona belum sirna, kita hanya dapat bepergian secara virtual saja.

Inilah kisah perjalanan Gsganawati selama tiga hari di Wina, tentunya beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19. Kapan Anda menyusul ke Wina?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun