Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis puisi dan karya-karya fiksi lainnya. Saya sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Tadris Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Tempat Persinggahan

29 April 2024   22:03 Diperbarui: 1 Mei 2024   23:09 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lepaskan gadis itu!! Sebentar lagi polisi akan menangkap kalian bertiga" Gertak si bapak yang kuanggap penyelamat hidupku.

"Akkhhhh" Geram ketiga penjahat itu. "Ayo kita kabur sebelum polisi datang menangkap kita" Ajak salah satu temannya.

Namun, saat hendak kabur polisi datang dan menangkap ketiga penjahat itu. Ketiga penjahat itu tak bisa lari dan hanya pasrah. Merekapun ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.

Perasaanku sangat lega dan tidak henti-hentinya berterima kasih dan bersyukur kepada keajaiban Tuhan. Akhirnya aku dan bapak yang baik hati diantar oleh mobil polisi untuk pulang ke rumahku.

Pada saat di perjalanan si bapak yang baik hati berkata padaku "Kamu baik-baik saja kan nak?. Apa ada yang luka atau kamu masih merasa ketakutan. Tenanglah, kamu sudah aman. Kamu akan saya antar pulang ke rumah ayah dan ibumu" Ucap si bapak mencoba menenangkan dan memelukku agar merasa tenang.

Mataku berkaca-kaca dan tanpa sadar menetes untuk kesekian kalinya. Akupun memeluk bapak itu dan berkata "Terima kasih, Pak. Terima kasih karena sudah menyelamatkanku. Terima kasih untuk kesekian kalinya, Pak" Ucapku kepada si bapak. Hanya itu yang dapat aku ucapkan kepadanya. Balasan apapun takkan sebanding dengan apa yang telah ia lakukan padaku. Bapak itu hanya tersenyum dan memelukku begitu erat ke dalam dekapannya.

"Panggil saja saya Pak Bambang. Itu adalah namaku. Namamu siapa, nak? " Tanyanya kepadaku.

"Namaku Ayna Kartika Putri, Pak. Panggil saja ayna" Sambung ku menjawab pertanyaan Pak Bambang.

Tak lama di perjalanan, akhirnya kami sampai di rumah yang kutau itu rumah orang tuaku. Walaupun niat awalku gagal untuk kabur dari rumah ini dan memulai kehidupan baru malah mendapatkan musibah besar untuk diriku sendiri.

Ayah dan ibu keluar dari rumah dan menghampiriku. Lalu mereka memelukku erat dan menangis. Begitu erat dan nyaman dekapan dari kedua orang yang kucintai. Sangat nyaman seakan aku tak inggin melepaskan dekapan dari ayah dan ibuku.

"Kamu dari mana saja ayna?. Ayah dan ibu sudah capek mencarimu?. Apa yang sudah terjadi padamu, nak? Kenapa kamu kabur dari rumah? " Tanya ayahku yang membuatku tak bisa menjawab semua pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun