Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis puisi dan karya-karya fiksi lainnya. Saya sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Tadris Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Tempat Persinggahan

29 April 2024   22:03 Diperbarui: 1 Mei 2024   23:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu mau ke mana dan darimana?" Tanyanya sembari duduk di sampingku.

"Belum tau, Pak" Jawabku singkat karena saat ini aku benar-benar merasa ketakutan.

"Ya sudah, sepertinya kamu takut dengan saya. Kalau begitu saya pergi saja" Ucap si bapak sambil berjalan melewatiku.

Perasaanku sedikit lega ternyata bapak-bapak itu tidak berbuat jahat kepadaku. Hampir 2 jam aku menunggu bus di halte ini. Sekitar pukul 05:00 WIB akhirnya bus yang kutunggu sedari tadi akhirnya datang. Akupun naik dan duduk di dekat jendela. Isinya hanya aku dan tiga laki-laki berbadan kekar yang duduk di kursi paling belakang bus ini.

Aku mencoba memejamkan mataku dan berharap dapat tidur karena sudah terlalu lelah menangis sedari tadi memikirkan hidupku yang tidak seindah kehidupan orang lain. Baru saja aku tidur beberapa menit, lalu bus ini berhenti di depan rumah tua yang sepi bahkan tak ada satupun rumah warga lain yang berada di sekitar rumah itu. Aku terbangun dan mencoba untuk berpikir jernih menganggap bahwa ada orang yang ingin masuk bus ini. Mencoba menarik napas pelan-pelan menenangkan diriku. Namun, hatiku tetap tidak tenang dan merasakan ketakutan. Merasa sendirian dan takut dengan situasi yang kualami saat ini.

Ketiga bapak-bapak berbadan kekar tadi menghampiriku dan menarik tanganku dengan kasar. Mereka mencoba untuk menyeret ku dan membawa aku untuk turun dari bus ini. Mereka menarik tanganku dengan kasar dan membawaku secara paksa. Saat ini hanya ada ketakutan yang amat luar biasa yang ada dalam diriku.


"Ayo, cepat turun dan ikut dengan kami nona manis" Ucap bapak-bapak itu kepadaku sembari menarik ku untuk turun.

"Kalian mau apa dariku? Lepaskan tanganku!!" Ringkihku kesakitan.

" Kita hanya mencoba bersenang-senang dengan tubuhmu nona manis. Ayolah, ini pasti menyenangkan untuk kita" Ucapnya kepadaku dengan nada yang mencoba menggoda diriku.

"Lepaskan aku!! Aku hanya ingin memulai hidup yang baru dan menjauh dari kota ini. Tolong lepaskan aku" Ucapku sambil memohon dengan air mata yang terus mengalir di pipiku. Berharap mereka kasihan dan melepaskanku.

Tanpa mendengarkan ucapanku mereka terus menarik tanganku hingga keluar dari bus dan membawaku ke rumah kosong tua yang berada di seberang jalan. Aku hanya meringkih kesakitan dan mencoba untuk lari dari ketiga orang jahat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun