Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis puisi dan karya-karya fiksi lainnya. Saya sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Tadris Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Tempat Persinggahan

29 April 2024   22:03 Diperbarui: 1 Mei 2024   23:09 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tolong!! Siapapun tolong aku!!" Teriakku, namun tak seorangpun mendengarkan teriakanku.

Rasanya percuma aku berteriak karena tak ada satu orang pun yang mendengarkan dan tak satu pun manusia yang terlihat di sini. Badanku lemas seakan tak berdaya dengan cengkraman tangan dari ketiga orang jahat ini. Aku hanya berharap ada sebuah keajaiban dan pertolongan dari Tuhan untuk menolongku.

Ketiga orang jahat ini tidak menghiraukan tangisan dan permohonanku. Mereka seakan senang dengan ketakutan dan tangisan yang terus keluar dari mataku. Aku tak mampu untuk melawan ketiga orang ini. Saat ini aku hanya bisa pasrah. Laripun kaki pun tak sanggup. Tak ada energi untuk melawan ketiga orang berbadan kekar ini.

Mereka membawaku keruangan kecil dan mengunci pintu agar aku tak bisa kabur. Saat ini ketakutan benar-benar sangat memuncak. Menangispun tak ada gunanya. Air mataku seperti tak keluar lagi seakan-akan habis.

"Tolong lepaskan aku, Pak. Kumohon lepaskan aku wahai orang yang baik dan sangat kuyakini kalian adalah orang yang sangat baik. Biarkan aku pergi dan ampunilah aku" Mohonku berharap ketiga orang ini kasihan dan melepaskanku.

"Kamu tidak usah khawatir nona. Kami hanya ingin bersenang-senang denganmu itu saja. Ikuti saja alurnya dan rasakan kebahagiaan diantara kita berempat" ucapnya dengan nada yang menjijikkan di kedua telingaku saat mendengar ucapan ketiga orang jahat ini.

Mereka mulai beraksi untuk menodaiku dengan memaksaku untuk melepaskan busana yang melekat pada badanku. Namun aku memberontak dan lengan bajuku robek karena ditarik paksa oleh orang jahat ini. Karena selalu mencoba memberontak dan melawan ketiga orang jahat ini mereka menampar kedua pipiku dan mencoba untuk menyakitiku agar aku takut dan pasrah untuk dinodai oleh orang jahat ini. Rasanya sakit sekali. Seumur-umur aku tidak pernah ditampar oleh orang lain. Suasana mencekam seakan-akan menyuruhku untuk pasrah dan mengabulkan segala permintaan ketiga orang jahat ini.

"Tolong!! Tolong aku!!" Teriakku berharap ada keajaiban dari Tuhan untukku.

"Tidak akan ada orang yang akan menolongmu. Tak satupun orang ada di sini. Kabulkan saja permintaan kami, lalu kamu akan kami lepaskan" Gertak ketiga penjahat ini.

Mereka mencoba mendekatiku dan memegang kedua tanganku agar aku tidak bisa lari dan memberontak. Saat hendak ingin menodaiku lalu terdengar suara pintu didobrak dari luar.

Braakkk. Suara dobrakan pintu yang begitu keras. Dalam hatiku siapa yang telah mendobrak pintu ini. Apakah dia penyelamat yang dikirim Tuhan untukku. Ternyata dia adalah bapak-bapak yang mengajakku berbicara di halte pemberhentian bus tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun