Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuncup Luka dan Kumbang Jantan

21 April 2024   12:39 Diperbarui: 21 April 2024   12:44 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benar. Abdul Rahman anak saya," jawab ayahku sambil meletakkan koran yang tengah dibacanya.

"Saya sudah mengirimkan paket berisi buku harian yang diminta Abdul Rahman. Kedatangan saya ke sini untuk memastikan apakah buku saya itu sudah sampai atau belum. Sekalian saya ingin bersilaturahmi ke sini," tutur gadis itu dengan ujung mata masih mencari-cari sesuatu.

"Kebetulan Abdul Rahman sedang mengantar ibunya berbelanja. Apakah mau ditunggu atau nanti menelepon saja?" tutur ayahku memberikan pilihan.

"Tadi saya lihat ada lelaki di samping rumah. Siapa dia, Om?"

Saat itu aku memang berada di samping rumah. Aku sedang menyirami tanaman bunga yang ditanam oleh ibu. Sayang sekali jika tanaman itu layu karena kurang air.

"O ... yang  itu kakaknya Abdul Rahman. Mereka saudara kembar," ucap ayah memberikan penjelasan.


Dialog seperti itu saya dengar beberapa kali. Bukan hanya sore itu ada gadis yang datang. Sore hari berikutnya demikian pula. Terkadang ada dua orang. Ada kalanya tiga orang. Pernah ada rombongan sampai tujuh orang.

"Sebenarnya kegiatan apa yang sedang engkau kerjakan?" tanya ayah pada malam kesepuluh setelah kedatangan gadis pertama yang mencari Abdul Rahman.

"Ketika saya di Surabaya, saya mendengar ada informasi bahwa remaja di Kaltim ada yang berhasil masuk nominasi pencarian bakat di salah satu stasiun televisi. Untuk itu, saya membuka lowongan untuk para remaja usia 18-25 tahun untuk mengikuti pembimbingan agar bisa sukses seperti orang-orang yang dipanggil ke Jakarta untuk adu bakat," ucap Abdul Rahman dengan bangga.

"Apakah para gadis itu kamu suruh datang ke sini?" tanya ibu serius.

"Tidak, Ibu. Mereka hanya saya minta mengirimkan 'buku harian' asli sebagai bahan untuk menentukan bakat apa yang dimiliki para remaja itu," urai adikku selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun