Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Aksiotas Di Balik Isu Ijasah, Menguak Kebenaran Logis Menembus Narasi Politis

26 Juli 2025   10:56 Diperbarui: 26 Juli 2025   10:56 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kasus Brigadir J terbukti kebenarannya, sesudah rekayasa di dalamnya berhasil dibongkar karena banyaknya ketidaklogisan yang terbaca dan terlihat, kasus hukum apa pun, terutama yang memunculkan ruang-ruang pengungkapan ketidaklogisan, harusnya bisa belajar dari kasus ini. 

Namun mirisnya, proses berjalannya hukum pada sejumlah kasus yang ketidaklogisannya telah coba diungkap atau dibuka oleh sejumlah orang, justru hanya cenderung berujung pada tuduhan tujuan politis, playing victim hingga berbalik menyerang dirinya.  

Hal itu merujuk pada narasi-narasi yang dibangun bahwa analisa atau apa pun kelogisan yang disajikan sebagai bukti petunjuk dinilai punya tujuan politis dan direspon dengan playing victim serta serangan legal backlash terhadap orang-orang yang bersuara lantang tentang keinginannya mendapatkan kebenaran dan keadilan. 

Sementara proses berjalannya hukum malah tampak mengikuti alur yang sama, ikut menjungkir balikan nalar atau logika berpikir rasional bahkan sampai melahirkan dua kubu di akar rumput yang saling bertentangan dan masing-masing berpihak serta turut berseteru di ruang publik digital. 

Konyolnya, nalar dan logika berpikir rasional terus dijungkir balik tanpa henti melalui playing victim, narasi politis dan serangan legal backlash. 

Sehingga proses hukum yang seharusnya berjalan wajar bergerak tidak sesuai kebiasaannya, sebab pertarungan dua kubu di ruang publik cenderung saling berupaya melakukan post truth. 

Kekonyolan misalnya pernah terjadi pada kasus Vina Cirebon saat Pegi Setiawan dijadikan tersangka-merujuk pada ketidaklogisan yang terkuak dalam fakta kejadian, bukti dan hasil sidang yang berkekuatan hukum tetap. Di antara ketidaklogisan itu seperti adanya 3 DPO dalam hasil sidang di sekira tahun 2016, diralat menjadi 1 DPO di tahun 2024.   

Penjungkir balikan nalar dan logika berpikir rasional lewat playing victim, narasi bertujuan politis dan ancaman serangan balik hukum kini cenderung menjadi auto pilot dalam mengadu domba dua kubu berseteru, yang di dalamnya antara lain terdapat para pakar, tokoh, influencer dan buzzer hingga ke rakyat jelata. Di sini esksistensi pakar dinafikan. Mati-sematinya karena terus dibantah melalui post truth. 

Saling melakukan playing victim, narasi tujuan politis dan legal backlash kini cenderung menjadi bagian dari post truth dan cara bagi sebagian besar orang atau kelompok untuk bisa terbebas dari kasus hukum yang sedang dan/ atau akan menjeratnya. 

Setidaknya cara tersebut terbukti mengulur waktu, menghambat proses hingga membuat kepastian hukum menggantung, bukan untuk membuktikan siapa benar atau jujur dan siapa salah atau bohong, melainkan siapa kuat dan siapa lemah. Jadi ujungnya, diharapkan siapa yang melemah akan kalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun