Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahaya Mental Instan di Kalangan Generasi Z dan Cara Mengatasinya

8 April 2025   06:23 Diperbarui: 8 April 2025   09:59 3391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z atau Gen Z merupakan salah satu generasi yang menjadikan internet dan interaksi sosial digital sebagai kebutuhan yang tak terelakan jika masih belum layak disebut kebutuhan pokok.

Tetapi tanpa berinteraksi melalui media sosial, generasi Z seolah kehilangan daya sosialnya. Oleh karenanya, semakin banyak orang terjebak dalam mental instan. Apa itu mental instan?

Mental instan adalah sikap atau mentalitas yang menginginkan segala sesuatu tercapai dengan cepat tanpa mau berupaya menjalani proses kerja atau bersusah payah meraihnya dalam waktu tertentu. 

Fenomena mental instan kian meningkat seiring dengan kemajuan teknologi yang memberikan kemudahan dan kecepatan dalam berbagai aspek kehidupan.

Bertumbuh dan berkembanganya mental instan terutama di kalangan gen Z telah menimbulkan ancaman dan bahaya bagi banyak generasi. 

Pada dasarnya mental instan ikut membunuh semangat kerja keras, motivasi maju melalui proses, dan tidak memedulikan proses-proses atau langkah-langkah yang seharusnya dilalui untuk mencapai sesuatu. Ancaman dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh mental instan antara lain: 

1. Menilai atau beranggapan bahwa segala sesuatu bisa diraih tanpa kerja keras dan proses panjang.

2. Mempunyai kecenderungan akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

3. Kepedulian pada moralitas, adab, sopan-santun, etika, norma atau nilai-nilai yang cenderung meluntur.

4. Membentuk satu pola keberanian yang negatif. 

5. Keakraban pada media sosial atau internet yang terus menguat dan terindikasi menjadi kebutuhan pokok serta telah menjadi adiktif, membuat kemampuan berinteraksi sosial di dunia nyata kehilangan dayanya. Kemampuan yang hilang, termasuk dalam hal berkomunikasi secara nyata lalu diperparah oleh ketidakpedulian pada adab, sopan-santun, tata cara, etika, norma atau nilai-nilai.

Poin ancaman dan bahaya itu kemudian mulai tampak menggejala pula dalam dunia kerja. Terutama pada saat terjadi interview kerja gen Z.  

Salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang sering kali menempati urutan nomor satu disepuluh teratas dalam berbagai prestasi saja, ternyata tidak terlepas dari masalah yang sama tentang interview kerja.

Yaitu masalah komunikasi yang berhubungan dengan sikap dan perilaku yang menunjukkan mental instan dengan ketidakpedulian pada adab, sopan-santun, tata cara, etika, norma atau nilai-nilai yang cenderung meluntur. 

Sehingga tingkat kegagalan dalam proses rekrutmen di dunia kerja bagi alumni perguruan tinggi swasta tersebut, juga didominasi oleh sikap dan perilaku dalam melakukan interview. 

Hal itu menunjukkan bahwa mental instan sudah mulai menginfeksi berbagai generasi, terutama gen Z. Infeksi mental instan pun telah menyasar kalangan intelektual di perguruan-perguruan tinggi baik perguruan tinggi swasta maupun perguruan tinggi negeri. Lantas bagaimana cara mengatasinya?

Ada beberapa hal yang perlau dilakukan untuk mengatasi bertumbuh dan berkembangnya mental instan agar ancaman dan bahayanya berhenti menginfeksi mental orang-orang di berbagai generasi. Cara mengatasinya antara lain adalah berikut:

1. Menumbuhkan kemampuan menunda gratifikasi

Kemampuan menunda gratifikasi maksudnya adalah kemampuan untuk menunda kepuasan saat ini demi keuntungan, hasil atau capaian yang lebih besar di masa depan. Dengan mengembangkan kemampuan menunda gratifikasi, orang dapat lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan lebih mengutamakan kerja keras, berani menghadapi tantangan hidup dan tidak mudah menyerah.

2. Meningkatkan kesadaran diri

Meningkatkan kesadaran diri berarti berusaha menyadari dan memahami bahwa setiap pencapaian memerlukan proses, waktu dan usaha. Sehingga setiap orang bisa lebih bijaksana mengelola dan mengendalikan kebutuhan atau keinginannya sesuai dengan kemampuan yang ada saat itu dengan terus meningkatkan kemampuan diri. Kebijaksanaan itu lalu akan membentuk semangat kerja keras, motivasi maju dan peduli pada proses.   

3. Memupuk kembali moralitas, adab, sopan-santun, etika, norma dan nilai-nilai melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. 

Melunturnya moralitas, adab, sopan-santun, etika, norma dan nilai-nilai akibat kemajuan teknologi informasi dengan segala fasilitas dan kemudahannya, seharusnya kembali dipupuk seiring dengan terbangunnya kemampuan menunda gratifikasi dan kesadaran diri, serta mesti dimulai melalui ruang-ruang pendidikan (edukasi).     

4. Menekan atau mengurangi aktivitas penggunaan internet atau media sosial (puasa internet atau media sosial). 

Menekan atau mengurangi aktivitas penggunaan internet atau media sosial yang dimaksud adalah puasa internet atau media sosial dari interaksi sosial yang memberikan pengaruh atau dampak negatif terhadap kemajuan diri, motivasi diri, pembunuh kerja keras dan pencipta mental instan.  

5. Menghidupkan lagi literasi psikologi pengembangan diri dan manajemen pengembangan diri terkait konsep diri, motivasi, kerja keras dan semangat pantang menyerah.

Poin literasi teramat dibutuhkan oleh semua generasi di era generasi topping dengan segenap kelebihan dan permasalahannya. Terutama permasalahan yang berkaitan dengan interaksi sosial yang dampaknya sangat dominan pada masalah-masalah sosial yang bertentangan dengan moralitas, adab, sopan-santun, etika, norma dan nilai-nilai. 

Oleh karena itu, menghidupkan lagi literasi yang terkait erat dengan psikologi dan manajemen pengembangan diri adalah edukasi yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi pertumbuhan dan perkembangan mental instan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun