Mohon tunggu...
Sulastri Saberina
Sulastri Saberina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (belive your dream and always taking action with love)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ekofeminisme dan Kepemimpinan Wanita

8 September 2022   07:34 Diperbarui: 8 September 2022   07:53 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepemimpinan tidak bisa terlepas dari individu yang berperan sebagai pemimpin. Banyak yang menghubungkan antara kemampuan individu dalam memimpin dengan aspek biologis yaitu berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Hal tersebut kemudian mengakibatkan timbulnya istilah ketimpangan gender dengan menempatkan perempuan pada kondisi yang tidak menguntungkan, walaupun perempuan adalah sumber daya manusia yang bahkan di seluruh dunia jumlahnya jauh lebih besar dari laki-laki. 

Di era modern saat ini, persoalan gender sudah bukan merupakan faktor pembeda dominan. Begitu banyak fenomena pekerjaan yang dulunya di kerjakan kaum pria sekarang dapat dikerjakan oleh kaum wanita dengan sangat baik semisal dinas, ketentaraan, sopir Taxi / Bus, alat berat pertambangan, mandor pertambangan, pengisian bahan bakar dan masih banyak lagi.

Para pemimpin juga memainkan peranan penting dalam membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Gibson, 2005:121; Pasolang, 2010:3).

Perempuan merupakan bagian kesatuan masyarakat yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Penciptaan laki-laki dan perempuan oleh Tuhan Yang Maha Esa merupakan takdir dan mempunyai kedudukan, derajat, hak serta kewajiban yang sama. Djasmoredjo dalam Fitriani (2015) menjelaskan laki berbeda dengan perempuan namun hanya terbatas pada perbedaan biologis.

Perempuan identik sebagai sosok yang lembut, cenderung mengalah, lebih lemah, kurang aktif dan berkeinginan untuk mengasuh.

Alam dan manusia adalah sebuah kesatuan. Manusia akan membutuhkan alam untuk dapat terus hidup dan alam juga akan memberikan kehidupan kepada manusia. Proses ini tidak akan berjalan dengan baik ketika manusia tidak merawat alam dengan baik, terlebih ketika alam dieksploitasi. 

Problematika lingkungan yang saat ini terjadi, tidak terlepas dari hasil tangan aktivitas manusia. Merawat dan menjaga alam adalah tanggung jawab seluruh individu, termasuk para perempuan di seluruh dunia.

Ekofeminisme adalah sebuah ideologi dan gerakan yang melihat perubahan iklim, kesetaraan gender dan ketidakadilan sosial secara lebih luas sebagai masalah yang  terkait secara intrinsik, semua terkait dengan dominasi maskulin dalam masyarakat. 

Secara khusus, ekofeminisme berpendapat bahwa sebagian besar masalah lingkungan dapat ditelusuri kembali ke prioritas global kualitas yang dianggap maskulin (terutama yang beberapa orang anggap beracun, seperti agresi dan dominasi) dan mereka yang berkuasa yang mewujudkan atribut tersebut. 

Ekofeminisme bertujuan untuk memberdayakan mereka yang kehilangan haknya dan memulihkan kesehatan alam di planet ini. Dan tentu saja, ada banyak hal yang dapat kita semua lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk hidup lebih sadar dan penuh kasih, dari apa yang kita makan hingga memberdayakan wanita dalam hidup kita. 

Ekofeminisme menjadikan kenyataan sosial sebagai dampak dari adanya proses sosial dalam masyarakat. Masyarakat merupakan produk manusia dengan kenyataan yang unik bahwa manusia juga merupakan produk dari masyarakat. 

Interaksi sosial antar manusia dalam suatu masyarakat akan berkembang menjadi interaksi masyarakat dan lingkungan hidupnya.  Ekofeminisme menetapkan bahwa kerja sama, kepedulian, cinta dan toleransi merupakan cara untuk melestarikan alam yang di dalamnya manusia berada. 

Hubungan ini  kemudian membentuk etika manusia terhadap pengelolaaan lingkungan dan menciptakan kesetaraan gender manusia dalam kaitannya dengan alam semesta.

Ekofeminisme menjadikan realitas sosial sebagai hasil dari proses sosial dalam masyarakat. Masyarakat adalah produk manusia dengan fakta unik bahwa manusia juga produk

masyarakat. Interaksi sosial antar manusia dalam suatu masyarakat akan berkembang menjadi interaksi masyarakat dengan lingkungannya. Ekofeminisme menetapkan bahwa kerjasama, kepedulian, cinta dan toleransi adalah cara untuk melestarikan alam di mana manusia ada. 

Hubungan ini kemudian membentuk etika manusia terhadap pengelolaan lingkungan dan menciptakan kesetaraan gender manusia dalam hubungannya dengan alam semesta ekofeminisme, juga disebut feminisme ekologi, cabang feminisme yang mengkaji hubungan antara perempuan dan alam. 

Namanya diciptakan oleh feminis Prancis Franoise d'Eaubonne pada tahun 1974. Ekofeminisme menggunakan prinsip dasar feminis tentang kesetaraan antara gender, penilaian kembali struktur non-patriarkal atau nonlinier, dan pandangan dunia yang menghormati proses organik, koneksi holistik, dan manfaat intuisi dan kolaborasi.

Pada gagasan ini, ekofeminisme menambahkan komitmen terhadap lingkungan dan kesadaran akan asosiasi yang dibuat antara perempuan dan alam. Secara khusus, filosofi ini menekankan cara baik alam maupun perempuan diperlakukan oleh masyarakat patriarkal (atau berpusat pada laki-laki).

Ekofeminisme menguji pengaruh kategori gender untuk menunjukkan cara norma sosial memaksakan dominasi yang tidak adil atas perempuan dan alam. 

Filosofi tersebut juga berpendapat bahwa norma-norma itu mengarah pada pandangan dunia yang tidak lengkap, dan para praktisinya menganjurkan pandangan dunia alternatif yang menghargai bumi sebagai sesuatu yang suci, mengakui ketergantungan manusia pada alam, dan merangkul semua kehidupan sebagai sesuatu yang berharga.

Ekofeminsme, sebuah prinsip feminisme yang mengusung kesetaraan bagi para perempuan untuk dapat turut serta berproses menyelamatkan lingkungan merasa bahwa saat ini terdapat sebuah sistem yang merusak dengan mengopresi alam dan perempuan.Harapannya, ekofeminisme dapat membuka mata para perempuan untuk mampu dan berani menyelamatkan lingkungan tanpa adanya batasan. 

Pada era modern saat ini, timbul berbagai gerakan kesadaran masyarakat yang menaruh perhatian pada lingkungan.Hal ini berkaitan dengan kesadaran untuk menjaga bumi yaitu sebagai tempat tinggal manusia menjadi bersih, sehat dan hijau, namun hingga kini permasalahan lingkungan masih saja menimpa Indonesia.Keadaan perubahan iklim, pemanasan global dan efek gas rumah kaca tidak terlepas dari aktivitasaktivitas manusia. 

Permasalahan ini merupakan salah satu isu global yang masih menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan dan berbagai negara, dalam upaya mengurangi dampaknya terhadap kelangsungan hidup manusia dibumi. Manusia sebagai agen perubahan, pada masa kini dan masa yang akan mendatang, akan ditantang oleh isu-isu perubahan lingkungan yang tak lain adalah hasil dari pemikiran dan aktivitas para manusia. 

Hal ini menyangkut tidak adanya kepedulian dan tanggung jawab manusia dalam menjaga dan merawat bumi sebagai tempat tinggal. 

Menurut etika lingkungan dalam atau yang dikenal sebagai deep ecology, krisis lingkungan hidup ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. 

Manusia harus menganggap lingkungan memiliki kedudukan yang sejajar dengan manusia, sehingga manusia dan lingkungan akan saling tergantung dan saling mengisi. Deep ecology ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki bawaan dan karena itu memiliki nilai bawaan, memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.

Ekofeminisme adalah sebuah istilah baru untuk gagasan lama yang tumbuh dari berbagai gerakan sosial yakni gerakan feminis, perdamaian dan ekologi pada tahun 1970- an dan awal 1980-an (Astuti, 2012). Perempuan yang mengalami subordinasi dalam struktur kehidupannya didobrak dengan gerakan yang menempatkan perempuan sebagai aktornya. 

Melihat fenomena alam yang terjadi, ekofeminisme akan dan telah menawarkan sebuah cara pandang yang holistik, pluralis dan inklusif yang mementingkan adanya hubungan yang seimbang antara kaum laki-laki dan perempuan.

Maka manusia mau bekerjasama dengan alam lingkungan untuk mengarahkan hidup ini secara bersama-sama kepada kesejahteraan seluruh anggota komunitas dunia, itu berarti mengakui dan menghargai hak hidup setiap makhluk sebagai subyek yang mandiri dan bermartabat dalam dunia yang konkret integral (Astuti, 2012). 

Selanjutnya, ekofeminisme menjanjikan harapan akan adanya jalan penyelamatan krisis ekologi yang semakin melaju kencang karena nuansa semangatnya didalam menghormati hak-hak kesetaraan dan keseimbangan alam. 

Ekofeminisme juga mempertimbangkan ide-ide dan semangat kaum hawa berupa kecintaan alam dalam mengambil kebijakan dan langkah yang berhubungan dengan banyak orang.Selama ini kebijakan yang keluar dari budaya patriarkat seringkali memperlihatkan tidak adanya sensitifitas terhadap ekologi.

Hal ini bertentangan dengan semangat feminitas dalam logika ekofeminisme.Perempuan, yang menjadi aktor utama dalam ekofeminisme tentu menganggap bahwa gerakan ini bukanlah utopia semata. Penempatan prinsip-prinsip feminitas dalam pengembangan pengetahuan menurut Shiva (1987) dapat menciptakan watak ilmu yang lebih ramah lingkungan, berkeadilan gender, tidak eksploitatif dan tidak reduksionis (dalam Suliantoro, 2011).

  Gerakan ekofeminisme pertama kali muncul dari seorang tokoh feminis yang bernama Francoise d'Eaubonne pada tahun 1974 melalui sebuah bukunya "Le Feminist ou Lamort" (Feminis atau Kematian).Melalui bukunya, Francoise mencoba mensugesti para feminis untuk lebih memperhatikan alam dan kembali kepada alam yang semakin lama menunjukkan krisis berkepanjangan.

Menurut Francoise (1974) bahwa ada hubungan antara opresi yang terjadi pada perempuan dan opresi yang terjadi pada alam.Sejalan dengan pemikiran Francoise, para feminis juga berpendapat bahwa penindasan yang terjadi pada alam berbanding lurus dengan penindasan yang terjadi para perempuan, yang sama-sama disebabkan oleh sistem patriarki.

Ekofeminisme adalah sebuah gerakan sosial mengenai etika lingkungan.Gerakan ini lahir untuk menjawab kebutuhan atas penyelamatan lingkungan dengan berbasiskan perempuan, namun dalam upaya untuk menjaga dan merawat lingkungan, tentunya harus ada kesadaran yang timbul dalam tiap individu-individu perempuan. 

Kesadaran adalah bagian terpenting dalam gerakan ekofeminisme. Menuju sebuah perubahan yang lebih baik tentunya harus ada kesadaran dari dalam diri tiap-tiap kaum perempuan untuk memperbaiki lingkungannya.

Kesadaran lingkungan ini juga diaktivitaskan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya saja dari hal terkecil yaitu tidak membuang sampah sembarangan, memakai produk yang ramah lingkungan, menjaga pelestarian udara, laut serta pantai, hingga tidak melakukan pemburuan liar. 

Aktivitas tersebut adalah bagian dari bentuk kesadaran lingkungan, baik dalam ruang lingkup kecil maupun besar karena pada setiap aktivitas yang dilakukan manusia (baik atau buruk) terhadap lingkungan pasti akan mempengaruhi lingkungan itu sendiri. 

Kesadaran perempuan selaku penggerak dalam gerakan ini adalah sebuah pondasi awal untuk memulai pergerakan dalam mewujudkan perbaikan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun