Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - bukan penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seorang yang sedang terus belajar menulis agar tulisannya layak dinikmati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terpanggang Kemarau

22 Juli 2019   13:14 Diperbarui: 22 Juli 2019   13:45 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustr: Catherine Calder

terik panas mentari membakar persada luas
bumi gerah serasa kerontang tinggal ilalang
tangis menyayat insan rindu datang hujan
menggaung pedih bingung meraung-raung

tatkala kemarau suara makhluk kian parau
sekeliling kering tersisa ranting merinding
utuh tubuh perih rasakan panas mendidih
debu selimuti diri yang kian sendu kelabu

penyesalan memang selalu terlambat datang
saat nestapa tiada hijau membuat bumi galau
dahan meranggas tuntas lepas tak ada tunas
rumput bersungut-sungut rasakan siksa akut

sepantasnya manusia tulus turut berbela rasa
terhadap pangkuan bumi yang makin tersakiti
lindungi alam muram agar tidak terajam kelam
oleh manusia keji tingkah yang begitu serakah

mari rapatkan barisan tuk terus perjuangkan
tata cintai bumi supaya kembali cantik berseri
nyaman damai seluruh makhluk nikmati sejuk
alam indah memukau persada kian menghijau

***
Solo,  Senin, 22 Juli 2019. 12:56 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun