Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pergolakan Batin tentang Ia yang Kupanggil Ular?

23 Agustus 2020   22:43 Diperbarui: 23 Agustus 2020   23:22 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jangan kau tanya kemana ia berada, yang selalu aku panggil ular,
Membawa kesalahan tiada berbekas
Kemana-mana selalu menampang mukanya ia adalah orang yang paling cerdas
Sepantasnya ia layak pergi ke neraka
Masuk ke dalam sangkar api membara
Dicap Tuhan sebagai hamba berdosa, gegara segala kelakuan buruknya  melebihi timbangan dari kebaikannya

"Wajib aku tanyai kemana ia pergi, sebab seluruh organ tubuhku yang menjadi saksi bisu, baik itu mata, telinga, tangan, bibir, hidung, dan organ tubuh yang lain di akhirat nanti. Jangan pernah melarangku untuk diam."

Haruskah kesaksian itu dipaparkan di hadapan Tuhan, jika ia tidak ada kesalahan darinya.
Perlukah api neraka menjilat tubuhnya dengan ganas
Bahkan mulutnya tidak dapat berkata seucap saja, lalu...
Wajibkah malaikat mencatat setiap poin kesalahan yang dikira bisa dimaafkan
Agar ia segera bertaubat
Dihapuskan amalan-amalan yang merugikan oranglain

"Bagi aku, ia pantas menerima segala hukuman beratnya, baik itu kejulitan, kelicikan, kelamisan omongan, dan kebusukan hatinya. Tidak ada kata maaf baginya, apabila ia terus bergilir atau mengulangi kesalahan yang tidak masuk akal."

Jangan disamakan antara hati dan pikiran
Tentang pergolakan batin yang menurut orang terdahulu masih bisa disatukan
Serta merta bisa dituturi sebaik mungkin
Apabila ia memiliki kemauan untuk berubah
Semoga esok ia akan jadi ular jinak
Sejinak harimau terhadap cemeti tuannya
Selamanya ia adalah manusia atau ular

Rumah Pak Carik Dompo
Minggu, 23/8/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun