Tiga jam persis, mereka tiba di Pelabuhan Lasalimo. Siang itu, Pelabuhan Lasalimo sudah dipenuhi penumpang yang akan menuju Wangi-Wangi, karena hari itu kapal dari Pelabuhan Pasarwajo tidak beroperasi. Setiap hari, dari Pasarwajo dan Lasalimo, kapal melayani satu kali penyeberangan menuju Wangi-Wangi. Udara cukup panas, tempat berteduh hanya warung-warung kecil di depan Pelabuhan.
Sambil menunggu kapal yang akan membawa mereka, Gendhis dan Eric, duduk di sebuah warung, membeli kilogram buah salak dan sebotol aqua dingin. Gendhis menunjukkan pada suaminya cara mengupas dan makan buah salak.
"Hmmm, cukup unik rasanya," kata Eric sambil mengunyah buah salak. Ia lalu mengamati bijinya dan mencoba menggigit, "Bijinya sangat keras," katanya polos, membuat orang-orang di sekitar mereka tertawa.
Udara kian terik, wajah Gendhis mulai berkeringat. Spontan Eric mengelap keringat yang membasahi leher istrinya dengan tisu, sembari menyodorkan aqua dingin,
"Thank you, hon," ucap Gendhis berterimakasih pada suaminya. Beberapa orang di sekitar mereka tersenyum manis, menyaksikan adegan sederhana dengan pesona Timur dan Barat.
Pukul 09.30, kapal dari Lasalimo menuju Wangi-Wangi berangkat. Ombak cukup besar. "Semoga kita masih bisa mengejar kapal yang akan menuju Tomia, hari ini," ucap Gendhis pada Eric, dengan wajah sedikit waswas.
"Ombak cukup besar, Gendhis. We cannot do anything," jawab Eric, santai. Keduanya lebih suka untuk selalu siap dengan plan B, kalau hal tak terduga terjadi dalam ekspedisi ini.
Benar, kapal dari Lasalimo tiba di Wangi-wangi Pukul 13.30. Saat terompet kapal berbunyi, Gendhi dan Eric sudah bersiap mengangkat koper dan tas ransel milik mereka. Ketika kapal berlabuh, keduanya bergerak melewati beberapa penumpang, berjalan di pinggiran kapal, lalu melewati jembatan kayu, lebar hanya setengah meter, sebagai penyangga untuk melompat ke dermaga. Eric terpeleset, namun bisa menyeimbangkan badannya dengan cepat. Keduanya harus mengejar kapal berbeda untuk menuju Tomia.
Sopir di Wangi-Wangi yang menjemput Gendhis dan Eric menyapa ramah pada keduanya, walau mereka belum pernah saling bertemu. Gendhis berbicara sebentar, lalu mereka berlari sambil menyeret koper menuju tempat parkir mobil yang tak jauh dari kapal. Pak sopir pun bergerak cepat, tancap gas menuju Pelabuhan lain. Waktu mereka tinggal 20 menit lagi, dan hanya ada satu kapal menuju Tomia setiap hari. Kalau ombak besar, maka kapal juga akan berhenti beroperasi.
Berulang Gendhis dan Eric terlihat menarik nafas panjang, dan tetap mencoba tenang, walau keduanya sudah mempersiapkan plan B. Pukul 14.00, mobil tiba di Pelabuhan kecil. Sopir membawa mobilnya memasuki pelabuhan dan parkir tak jauh dari kapal kecil yang sudah akan berangkat. Spontan, beberapa orang berteriak pada Nahkoda kapal express "Tunguuuu!!"
Beberapa orang dengan suka cita membantu mengangkat koper besar milik Gendhis dan Eric, lalu keduanya melompat ke kapal,