"Wakatobi, menjadi titik penyelaman yang seksi buatku," Gendhis membatin.
Mereka tahu kapan harus mengecek udara dan dive computer. Setelah 50 menit berada di kedalaman lebih kurang 24 meter, ketiganya mulai naik perlahan, dan berhenti beberapa saat pada kedalaman 5 meter di bawah permukaan laut untuk menyesuaikan tekanan pada tubuh mereka. Lalu, dive master akan memberi isyarat untuk naik ke permukaan. Kapten kapal sudah tahu kemana harus menjemput mereka, kalau tidak ada perubahan arus kencang.
"Wow!! It's wonderful!" teriak Gendhis dari atas kapal.
"Amazing!" Eric menambahkan.
Gendhis dan Eric setiap hari melakukan tiga kali penyelaman dengan interval setiap penyelaman lebih kurang satu hingga dua jam. Keduanya melakukan 15 kali penyelaman pada titik yang berbeda di Wakatobi. Setiap dua hari mereka beristirahat satu hari.
"Coral-coral disini ikut menjaga atmosfer untuk kelangsungan hidup seluruh bumi," kata Gendhis suatu hari setelah melakukan penyelaman kesembilan.
"Penyelaman Wakatobi masih utuh, kami menjaga konservasi dan coral-coral semaksimal mungkin," Pak Ammad menimpali.
"Hal yang wajar kalau kemudian Indonesia menjadi 'Amazon of The Seas' atau 'The Coral Triangle'." Eric menambahkan.
Pada penyelaman ke-11, Gendhis sempat mengalami hal tak terduga. Masker dan regulatornya lepas karena hantaman arus kencang. Kepanikan yang tidak bisa dibayangkan siapapun. Di kedalaman 23 meter, Gendhis sempat kehilangan keseimbangan. Ia hanya memejamkan mata, tidak ingin hal buruk terjadi karena kepanikan dan tekanan air yang masuk hidung. Tangan kanannya berusaha meraih cadangan regulator, dan tangan kirinya meraih inflator, ia meraba tombol merah inflator dan menekannya untuk mengembungkan BCD, sambil terus melakukan kicking ke atas. Hidungnya mulai berdarah. Setelah itu, ia tak sadarkan diri.
Pak Ammad yang ada di belakangnya, sigap membawa Gendhis naik ke permukaan dengan menekan udara melalui oktopus pada mulut Gendhis dan tetap mengikuti aturan penyelaman. Eric menyusul naik ke permukaan dengan melakukan hal sama, ada aturan yang harus dijalankan ketika menuju permukaan. Badan Gendhis terlihat diam, tak merespon. Eric dan Pak Ammad tetap tenang untuk memberi pertolongan pertama. Kapten kapal dan crew, segera melempar tangga dan menarik Gendhis ke atas kapal. Pak Ammad menekan dada Gendhis berulang. Akhirnya Gendhis bisa berteriak, mengeluarkan semua udara dari mulutnya. Ia mengginggil kedinginan dan pasi. Eric memeluknya erat dengan penuh kasih, mencium kening istrinya penuh haru, dan menenangkannya.
"Everything will be okay," kata Eric berbisik. Gendhis mencoba tersenyum, memeluk lengan suaminya.