Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Seru, Rindu yang Terbayar: Kisah ke Kampung Orang Tua Penuh Makna

27 Maret 2025   12:58 Diperbarui: 27 Maret 2025   13:06 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pelabuhan Klotok, sumber dokpri

Perjalanan Seru, Rindu yang Terbayar: Kisah  ke Kampung Orang tua Penuh Makna

Banyak kisah yang mewarnai di setiap perjalanan ke kampung orang tua. Meskipun jarak dari rumah ke tempat orang tua puluhan kilometer tapi kenangan berkumpul bersama orang tua dan juga keluarga membekas di kalbu. Jarak yang memisahkan meskipun bisa ditempuh beberapa jam jika menggunakan kendaraan motor. Namun kegiatan pekerjaan dan fisik yang kurang bersahabat sehingga hanya momen tertentu baru bisa kembali ke rumah orang tua.

Sebelum pulang pastikan semua peralatan listrik dicabut agar terhindar dari kebakaran yang siap mengintai. Semua peralatan rumah tangga dan pakaian kotor dibersihkan dan ditata sesuai tempatnya agar saat pulang tidak terlalu lelah dengan suasana rumah seperti kapal pecah. Pastikan semua keadaan mulai dari perencanaan keuangan, pengelolaan, dan dana cadangan cukup selama perjalanan agar tidak menimbulkan beban dan kembali ke rumah dengan rutinitas kerja dengan penuh semangat tanpa ada beban finansial.

Pulang ke orang tua bukan sekadar perjalanan pulang namun mengenai kerinduan yang membuncah untuk menciptakan momen penuh makna. Di setiap tahun atau momen liburan sekolah, banyak dari kita sebagai perantauan di kampung orang berbondong-bondong menuju kampung halaman hanya ingin bertemu dengan orang tua tercinta. Hal tersebut sama yang saya alami apalagi orang tua masih hidup, sudah seeloknya kita mengunjunginya untuk merasakan kembali suasana rumah orang tua setelah berkutat dengan pekerjaan yang memerlukan perhatian.

Berbeda dengan tahun ini, saya bersama anak akan mengunjungi orang tua tepat di Ramadan terakhir. Biasanya tahun lalu ada beberapa hari sebelum menjelang hari lebaran. Rencana itu telah disusun dengan rapi beserta segala persiapannya agar selama perjalanan aman dan tidak kurang satu apa pun. Namun, tetap saja seperti biasa perjalanan ke orang tua selalu menyimpan kisah yang tak terduga.

Yang menarik perjalanan tahun lalu saat ke rumah orang tua adalah menaiki kelotok. Setelah 2,5 jam perjalanan dengan taksi kol dari Sepaku menuju terminal Batu Ampar. Sepanjang perjalanan menikmati rimbunnya pohon yang menciptakan rasa damai di hati hingga tiba ke pelabuhan penyeberangan antara Balikpapan ke Penajam Paser Utara dengan menaiki klotok. Mendekati lebaran pelabuhan tersebut dipadati oleh semua penumpang mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Apalagi keadaan laut sedang surut sehingga tangga menuju kapal begitu menantang. Ada kekhawatiran anak saya jatuh meskipun dengan menggunakan jasa orang yang bisa mengangkat.

Bermodal keyakinan di benak, kekhawatiran tersebut dapat ditepiskan meskipun anak harus menangis karena adaptasi dengan orang baru. Dengan pelukan yang hangat agar tidak menciptakan trauma bagi anak. Sepanjang naik kelotok banyak cerita yang bisa didengar dari penumpang. Saya hanya mendengarkan sesekali memberikan tanggapan seperlunya. Meskipun baru kenal setidaknya tak ada salahnya berteman dengan orang lain yang membuka komunikasi.

Sementara anak menikmati berbagai kapal yang melintas hingga menyaksikan api dari pertamina. Ada beberapa pertanyaan yang kadang terucap yang kedengaran lucu dan menarik. Namun ketakutan itu seolah sirna terhapus dengan banyaknya kapal melintas hingga menghitungnya. Seusia mereka memang biasa dan beradaptasi hingga sebagai orang tua memastikan kondisi anak selama perjalanan aman. Jika yang utama segala perlengkapan perlu dibawa dari rumah agar di perjalanan dapat fokus tanpa ada beban.

Ketika turun dari kapal klotok kekhawatiran kembali muncul. Meskipun ada kedua kakaknya tapi tetap saja kekhawatiran datang menyapa. Dengan bantuan jasa yang menggendong, kembali menangis anak balita saya. Kali ini kepadatan serupa terjadi pelabuhan klotok Penajam Paser Utara hingga kami menuju tempat ojek menuju terminal Penajam. Tantangan kembali menyapa, taksi yang biasa membawa ke Babulu belum terisi, nyaris selama kurang lebih satu jam setengah menunggu. Sementara taksi yang menuju ke Paser lancar jaya. Itulah keunikan selama di terminal yang membuat bersabar hati.

Namun ada masalah juga ada hal baru yang bisa dilakukan. Saya bisa isi dengan bermain dengan anak-anak meskipun sesekali anak minta minum susu karena haus dan bisa menggunakan waktu tunggu untuk menjalin komunikasi dengan anak agar tidak jenuh. Sebab, kadang pribadi merasa bosan menunggu sehingga perlu membawa buku bacaan anak-anak yang disertai warna dan gambar yang menarik sehingga waktu tunggu tak terasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun