Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Produktif Cuma Nama Lain dari Kecemasan

24 Juli 2025   21:42 Diperbarui: 24 Juli 2025   21:42 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mengira sibuk selalu berarti berguna. Tapi apakah benar begitu?

Di banyak kantor, orang-orang bekerja keras hanya agar terlihat bekerja. Tugas dijalankan agar tidak ditegur atasan, bukan karena ia berarti. Tidak sedikit yang hanya bertahan demi gaji, bukan karena merasa bertumbuh. Kita menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, tapi tak pernah sempat bertanya, apa yang sedang kuperjuangkan? Untuk siapa aku melakukannya?

Mungkin kita butuh definisi baru tentang produktivitas. Bukan lagi soal berapa banyak yang bisa kita hasilkan dalam sehari, tapi seberapa dalam kita bisa hadir dalam apa yang kita kerjakan. Seberapa jujur kita hidup, bukan hanya seberapa keras kita bergerak.

Dan jika ada hari-hari ketika kamu merasa lelah tanpa alasan jelas, itu bukan karena kamu malas. Bisa jadi, kamu sedang menghadapi lelah yang tak kelihatan. Lelah menjadi versi ideal dari dirimu yang terus-menerus ingin dianggap produktif. Lelah karena tidak diberi ruang untuk merasa cukup, untuk berhenti, untuk sekadar diam.

Apa yang akan terjadi jika kita berhenti sejenak? Jika kita menutup layar, mematikan notifikasi, dan berani duduk bersama diam?

Mungkin awalnya akan canggung. Sunyi itu akan terasa asing. Tapi dari sanalah kita bisa mulai jujur. Mengakui bahwa selama ini kita terlalu sibuk karena takut merasa hampa. Bahwa produktif bukan selalu soal kemajuan, tapi kadang cuma mekanisme bertahan dari rasa tidak aman yang tak sempat kita benahi.

Hari ini aku menulis bukan untuk memberi solusi, bukan pula untuk memotivasimu agar tetap semangat. Aku hanya ingin bilang: tidak apa-apa jika kamu merasa jenuh. Tidak apa-apa jika kamu ingin diam sebentar. Tidak semua kesibukan berarti pencapaian. Tidak semua diam berarti kemunduran.

Karena kadang, justru dalam jeda kita menemukan arah. Dan dalam hening, kita menemukan kembali diri yang sempat hilang. Diri yang perlahan tenggelam di antara notifikasi, target kerja, dan daftar tugas yang tidak pernah selesai.

 

Produktif bukan sekadar soal menghasilkan lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit. Ia seharusnya soal kesadaran, kehadiran, dan kebermaknaan. Jika kamu sedang merasa terjebak dalam to-do list yang tak kunjung habis, mungkin saatnya kamu bertanya: Apakah aku benar-benar hidup, atau hanya menyibukkan diri agar tak sempat merasa cemas? Tidak ada jawaban yang mudah. Tapi keberanian untuk bertanya mungkin bisa jadi awal dari pulih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun