Mohon tunggu...
STEVEN LEE A
STEVEN LEE A Mohon Tunggu... Freelancer - Berbasis di Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengumpulkan semangat di masa WFH dengan blogging

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Bela Negara di Media Sosial Netizen Indonesia, Santun dan Berakhlak?

19 Agustus 2021   10:30 Diperbarui: 19 Agustus 2021   10:35 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Muhammad Raufan Yusup on Unsplash 

Mendengar kata "bela negara", yang terbersit pertama kali mungkin aksi-aksi heroik saat perang atau minimal pelatihan militer, seperti yang diwajibkan oleh sebagian negara di dunia, contohnya Korea Selatan.

Di Korsel, semua warga negara laki-laki harus mengikuti wajib militer sebagai salah satu bentuk bela negara. Kondisi politik mereka memang mengharuskan setiap warganya untuk waspada akan terjadinya perang yang mungkin sewaktu-waktu bisa terjadi.

Namun sebenarnya, membela negara tidak melulu berkaitan dengan aksi militer. Di Indonesia, sama seperti halnya negara lain memang mencantumkan bela negara sebagai hak dan kewajiban warganya.

Secara definisi bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air, baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.

Dasar hukum

Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi, Bela Negara berarti tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan terhadap tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. 

Bagi warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan pada tanah air (wilayah nusantara) dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara.

Bentuk dari bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Wujud dari usaha Bela Negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan dan kelautan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional, dan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Hal tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 27 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Adapun dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2002 bela negara lebih diperinci lagi.

Berdasarkan pasal 9 ayat (2) UU No. 3 Tahun 2002 bahwa keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia secara suka rela atau wajib dan pengabdian sesuai profesi.

Bela negara dalam kehidupan sehari-hari

Mengabdi kepada negara tak selalu diwujudkan dalam arti bergabung dengan lembaga kemiliteran. Tentu tidak semua warga negara perlu menjadi tentara atau polisi. Agar bisa maju dan berkembang, negara kita juga membutuhkan anak-anak bangsa yang bergelut di berbagai bidang.

Setiap warga negara Indonesia haruslah berprestasi sesuai bidang masing-masing. Contoh paling ketara dan baru misalnya, sosok pebulutangkis ganda putri Apriyani Rahayu dan Greysia Polii.

Mereka mengharumkan nama bangsa di kancah internasional melalui perjuangan dan cucuran keringat. Tentu kita melihat mereka setelah berhasil meraih medali emas. Tetapi yang perlu kita ingat bahwa di balik kemenangan tersebut, mereka berdua telah melewati serangkaian latihan yang panjang dan keras.

Mereka menjadi contoh bahwa bela negara bisa dilakukan dengan memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang kita bisa lakukan. 

Meski demikian, bela negara bukan suatu kata sakral yang selalu berkaitan dengan prestasi luar biasa seperti contoh sebelumnya. Bahkan, hal sesederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, merupakan aksi bela negara yang nyata.

Ketika kita bergaul dengan rekan kerja, kawan, tetangga, atau orang lain tanpa memandang latar belakang mereka, kita secara langsung sudah melakukan aksi bela negara. Tidak menganggap remeh, mengucilkan, meledek, apalagi yang berkaitan dengan SARA.

Atau, paling sederhana tapi tak mudah dilakukan adalah dengan menerapkan komunikasi yang baik dalam ber-media sosial. Tampaknya budaya bangsa yang sopan dan ramah perlu menjadi kebiasaan juga di dunia digital.

Berapa banyak unggahan, cuitan, atau komentar yang berujung pada pelaporan ke kepolisian. Perseteruan di media sosial sering kali berujung pada perpecahan, yang kebanyakan berawal dari "omongan yang menyinggung".

Fenomena tersebut perlu menjadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa sopan santun dalam berinteraksi di media sosial sangatlah penting. Perpecahan bangsa bisa terjadi di dunia maya, perbedaan sedikit saja bisa memicu perselisihan.

Oleh karena itu, aksi nyata bela negara di dunia maya agaknya cukup penting untuk dilakukan dewasa ini. Masyarakat perlu menyadari bahwa dunia maya merupakan teknologi informasi yang sebaiknya dimanfaatkan untuk kesejahteraan diri dan orang-orang di sekitar. Bukan menjadi tempat pansos, apalagi untuk saling menghujat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun