Mohon tunggu...
Sri Wangadi
Sri Wangadi Mohon Tunggu... Penulis - 📎 Bismillah

📩 swangadi27@gmail.com 🔁 KDI - BTJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Perjuangan VBAC ala Ibu Menjadi Mata Pelajaran Pertama dalam Hidupku

4 Desember 2020   14:55 Diperbarui: 4 Desember 2020   15:53 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu dan anak oleh pixabay (diedit menggunakan android)

Dari cerita ibu pun saya bisa memetik pelajaran bahwa setiap luka akan kering. Jika kita yakin bahwa luka itu akan segera hilang, maka luka akan hilang dengan sendirinya. Tentunya dengan perjuangan dan kesabaran yang nyata.

Dari luka kita bisa belajar, bahwa jika kita terluka oleh kehidupan, yakinkah bahwa luka itu akan hilang, jangan biarkan luka itu tinggal berlarut-larut, biarkan ia mengering dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.

Mungkin luka bekas operasi caesar Ibu saya pada saat itu belum pulih total, namun saya yakin perjuangan ibu untuk mengandung saya lebih total dibanding lukanya.

Mulai dari persiapan fisik, mental, finansial, asupan nutrisi, dan tak lupa tentunya keyakinan akan perlindungan dari Yang Maha Kuasa adalah satu dari beberapa perjuangan Ibu yang mungkin tidak bisa saya lihat secara langsung tapi saya bisa merasakan perjuangan beliau untuk melahirkan saya ke dunia ini.

Bahwa melahirkan bukan sekedar pasrah oleh bantuan medis, namun lebih kepada percaya bahwa akan ada pertolongan dan kekuatan yang lebih dahsyat dari itu, yaitu pertolongan dari Yang Maha Kuasa.

Ibu adalah guru yang tak pernah usang dimakan waktu. Ibu adalah sosok pertama yang mengajarkan saya banyak hal. Mulai dari dalam rahim hingga sampai saat ini, beliau sering memberikan ilmu pengetahuan, ilmu agama, ilmu kehidupan dan nasehat-nasehat jitu yang diajarkan kepadaku dan kepada dua saudara saya yang lainnya.

Itulah sedikit cerita tentang sekolah pertama yang saya dapatkan dari ibu saya. Sebenarnya, untuk menceritakan kisah dan kasih seorang ibu, beberapa lembar kertas dan halaman tidak akan muat untuk menampungnya. Namun biarkan beberapa baris demi baris cerita ini menjadi sharing pengalaman dan tentunya menjadi kisah yang tak terlupakan hingga saya tua nanti.

Kata sebuah lagu "Kasih Ibu tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia".

Semua orang tua tidak butuh apapun dari anaknya, dan kitapun sebagai anak sangat sulit untuk membalas jasa-jasa mereka, terutama Ibu kita yang menanggung kesulitan ketika mengandung, melahirkan, menyusui hingga merawat kita.

Berapapun jasa yang kita tawarkan kepada ibu untuk membalas jasanya kepada anak-anaknya tidak akan mampu melampaui jasa yang mereka berikan terhadap kita, yang bisa kita lakukan hanyalah menjadi anak yang baik, berbakti, dan yang terpenting adalah selalu mendoakan kebaikan untuknya setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun