Mohon tunggu...
Sri Kasnelly
Sri Kasnelly Mohon Tunggu... Dosen

Dosen IAI An-Nadwah Kuala Tungkal

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Antara Ideal dan Realita: Tantangan Retensi Karyawan di Usaha Kecil

6 April 2025   23:17 Diperbarui: 6 April 2025   23:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki usaha kecil di bidang kuliner adalah mimpi yang tidak sederhana. Di satu sisi, ada semangat untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja. Di sisi lain, ada realita yang kadang menampar: karyawan datang dan pergi dalam waktu singkat, meninggalkan jejak lelah dan tanya di benak pemilik usaha. Padahal tempat tinggal sudah disediakan, makan ditanggung, bahkan bonus kecil diberikan. Namun loyalitas tetap menjadi hal yang mahal. Di sinilah idealisme tentang membangun tim yang solid sering kali berbenturan dengan realita di lapangan.

1. Harapan dan Ideal yang Ingin Dibangun

Banyak pelaku usaha kecil berharap dapat membentuk tim yang solid dan tumbuh bersama. Dalam usaha kuliner, berbagai fasilitas kerap diberikan untuk menciptakan kenyamanan: tempat tinggal gratis, makan sepuasnya, bahkan bingkisan kecil saat hari besar. Semua itu ditujukan agar karyawan merasa dihargai dan betah bekerja.

Namun, apa yang tampak ideal di atas kertas belum tentu selaras dengan kebutuhan dan ekspektasi karyawan di lapangan. Studi oleh International Labour Organization (ILO, 2022) menunjukkan bahwa pekerja sektor informal dan UMKM lebih memprioritaskan jam kerja wajar, kepastian penghasilan, dan rasa aman, dibandingkan hanya fasilitas tambahan.

2. Realita di Lapangan

Meski berbagai fasilitas telah diberikan, namun turnover tetap tinggi. Ada karyawan yang bertahan dalam empat tahun, ada yang beberapa bulan, ada pula yang hanya hitungan minggu. Alasan pengunduran diri bervariasi, dari urusan pribadi hingga ingin istirahat, dan mencari pekerjaan lain.

Jam kerja panjang (08.00-22.00) menjadi tantangan tersendiri, terutama tanpa sistem shift atau hari libur rutin. Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan (2023), durasi kerja yang melebihi 10 jam per hari tanpa kompensasi waktu istirahat menjadi salah satu alasan utama karyawan keluar dari UMKM.

Meski makan dan tempat tinggal ditanggung, secara nominal gaji tetap menjadi tolok ukur penting. Selain itu, minimnya ruang untuk berkembang dan tidak adanya jenjang karier sering membuat pekerjaan terasa monoton. Hal ini sejalan dengan temuan McKinsey & Company (2021) bahwa kurangnya kesempatan belajar dan berkembang menjadi alasan ke-2 tertinggi karyawan berhenti, setelah gaji.

3. Kelelahan yang Tak Terlihat: Perspektif Pemilik Usaha

Dalam usaha kecil, pemilik biasanya terlibat langsung dalam semua lini: dari belanja bahan, memasak, melayani pelanggan, hingga mengelola tim. Ketika karyawan keluar mendadak, semua beban itu kembali ke pundak yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun