Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menjadi Tempat Curhat Para PK

2 Oktober 2021   16:05 Diperbarui: 2 Oktober 2021   16:08 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seorang PK.  Sumber foto Pinterest/titch ward

Edit

Menjadi seorang Tukang Ojek Online (ojol) itu pengalamannya banyak dan bermacam macam. Ada kesedihan, kekecewaan banyak pula kegembiraan. 

Pengalaman sedih yang saya alami yaitu ketika menjadi tempat curhatan beberapa PK yang menjadi penumpang saya. 

PK singkatan dari Pemandu Karaoke. Ada pula yang menamakannya LC atau Ladies Companion. 

PK tidak sama dengan PSK (Pekerja Sek Komersial). 

Jika PSK menjajakan tubuhnya, seorang PK  menawarkan ketrampilannya bernyanyi. Walaupun bisa saja seorang PK merangkap menjadi PSK ataupun sebaliknya. 

Beberapa kali mendapat orderan dari PK, saya banyak mendapat cerita dari mereka. 

Menemani bernyanyi tamu atau para pengunjung tempat Karaoke adalah tugas seorang PK. Selain menyanyi seorang PK juga harus jago merayu atau negosiasi. Besar kecilnya penghasilan seorang PK sangat ditentukan oleh ketrampilan ini. 

Pendapatan seorang PK tak menentu. Yang tetap biasanya berasal dari sewa tamu yang memilihnya. PK akan menerima sekian persen dari biaya sewa dikalikan jumlah jam saat dia dibooking tamu. 

Namun pendapatan dari bookingan tamu sangat kecil, biasanya tak lebih dari 30% dari sewa bookingan. Besarnya bookingan juga tidak tentu. Bagi PK yang laris biaya booking bisa lebih besar dari PK yang biasa saja. 

Menurut PK yang menjadi penumpang saya, hasil maksimal dari bookingan sekitar 50 ribuan semalam. Uang sebesar itu tidak bisa dinikmati setiap hari. Hanya hari hari tertentu saja bookingan PK bisa ramai. Malam Minggu atau malam liburan adalah masa panen para PK. 

Penghasilan dari bookingan hanya cukup untuk kost dan makan sehari hari. Padahal banyak kebutuhan lain harus dipenuhi. Paling utama dan paling banyak menyedot anggaran adalah kostum, kosmetik dan minyak wangi. 

Jika anda pernah mencium harumnya kosmetik murahan dan minyak wangi 1 cc dua ribuan, itulah yang dipakai para PK kelas bawah. Mereka harus irit dalam pengeluarannya. Lagian jika sudah karaokean, bau minyak wangi dan kosmetik tidak dipedulikan. Aromanya kalah dengan asap rokok yang memenuhi ruangan dan bau alkohol dari mulut para para pelanggan. 

Oleh sebab  itu seorang PK harus pandai merayu. Jika seorang PK pandai merayu, tamu tak ragu untuk membeli minuman dan makanan tambahan. Harganya jelas jauh dengan warung atau toko biasa. Bisa lipat dua, lebih sering berlipat lipat. Semakin banyak minuman dan makanan yang disantap, komisi untuk PK semakin banyak didapat. 

Tip dari tamu juga menjadi sasaran para PK untuk menambah uang di saku. Rayuan dan pelayanan yang lebih membuat para tamu semakin royal. 

Untuk membuat seorang tamu menjadi langganan tetap dan bersikap royal, seorang PK tidak boleh jual mahal. Selain suaranya harus bagus dan bersikap ramah, seorang PK harus rela jika tamunya berbuat nakal. Mau diraba dan dicium adalah konsekuensinya. 

Maka sering dijumpai istilah PK plus plus. Itu untuk menyebut PK yang praktek diluar jam kerjanya. Entah prakteknya apa, hanya tamu dan PK yang lebih tahu. 

Ada juga PK yang menjadi primadona. Walaupun sewanya mahal tetapi tetap menjadi rebutan. Jika pengunjung kalap, bisa jadi mereka gotok gontokan. Itu sebabnya sering kita dengar perkelahian pengunjung gara gara rebutan PK. 

Saya belum pernah mendapat penumpang seorang PK Primadona. Karena uangnya banyak mereka jarang order go ride. Berangkat pulang kerja sudah diantar jemput. Ada orang khusus; bisa tamu tetap, bisa pacarnya, adapula para 'anjelo'. Anjelo kependekan dari antar jemput (maaf) lonte.

Para Anjelo biasanya anak anak muda seumuran mahasiswa. Selain antar jemput, mereka juga seringkali diminta membelikan kebutuhan PK langgananya. Soal bayaran, itu tergantung kesepakatan. Bila PK mendapat banyak rejeki, Anjelo akan mendapat tambahan penghasilan dari bonus yang diberikan PKnya. Kebanyakan anjelo kemudian menjadi pacar sang PK. 

Tidak semua PK mau menjadi PK plus plus, contohnya penumpang saya, sebut saja Angel. 

Setelah ditinggal pergi suami entah kemana, Angel harus menghidupi kedua anaknya. Tanpa tempat tinggal, modal uang dan keahlian, Angel kebingungan darimana ia mendapatkan uang untuk menyambung hidup keluarganya. 

Seorang teman yang menjadi PK menawarinya. Kata temannya, PK duitnya banyak tapi kerjanya mudah. Bisa untuk makan dan bayar uang kost serta membiayai sekolah anaknya. 

Tugasnya hanya menemani tamu bernyanyi dan merayu mereka membeli minuman dan makanan. Kalaupun tamunya nakal dan suka meraba raba, biarin saja, itu konsekuensi menjadi seorang PK. Bagi mereka, hal itu masih wajar wajar saja, yang penting tamunya tidak mengajak berbuat mesum ditempat.

Demi anaknya, Angel akhirnya mau juga menjadi PK. Profesi itu sudah dijalaninya selama beberapa tahun. Susah senang, ramai sepi sudah menjadi makanannya sehari hari. Tak jarang Angel pulang dalam keadaan mabuk. Untungnya kedua anaknya biasanya sedang tidur, karena Angel pulangnya selalu pagi menjelang dinihari. 

Karena Pandemi, sudah lama saya tidak mendapat orderan Angel. Hal itu karena tempat karaokeannya ditutup. Saya tidak tahu dimana Angel berada dan bagaimana dia menghidupi kedua anaknya. 

Lain pula cerita seorang PK bernama Ayu. 

Pertemuan pertama kali ketika saya mencari order dengan cara 'ngalong'. Ngalong adalah istilah para ojol yang mencari ordernya dari tengah malam sampai pagi hari.  

Jam 2 pagi saya mendapat orderan dari pelanggan bernama Ayu. Lokasinya jemputnya di lapangan Pancasila dekat rumah saya. 

Setelah sampai di lokasi penjemputan, saya melihat seorang gadis berwajah cantik berumur 20 tahunan yang tampak kebingungan. Tidak ada seorangpun yang menemani gadis itu. Pakaiannya biasa saja, tanpa riasan dan bau parfum. Saya panggil Ayu, dia mengangguk dengan wajah lega. 

Setelah membonceng saya, Ayu kemudian bercerita. 

Dia baru tiga hari bekerja di Salatiga. Tempat kerjanya adalah Cafe M, sebuah tempat karaokean yang lumayan elit untuk ukuran Salatiga. 

Ayu berasal dari sebuah desa di Boyolali. Letaknya hanya sekitar 30 km dari kota Salatiga. Seorang temannya yang mengajak Ayu untuk menjadi seorang PK. Duit mudah dan kerja ringanlah yang menjadi iming imingnya.

Suara Ayu masih bening dan biasa saja. Itu pertanda bahwa dia memang belum lama menjadi seorang PK. Kebanyakan PK yang sudah bekerja lama, suaranya akan nge-bas dan serak, mirip kebanyakan penyanyi rock atu dangdut. 

Dia jam 2 pagi sendirian di lapangan Pancasila karena ditinggal tamunya. Tampaknya Ayu dikerjai temannya karena dia PK yang masih baru. Betapa teganya sang tamu yang meninggalkan Ayu gadis cantik nan lugu ini begitu saja. Itulah kejamnya dunia malam yang sering terlihat gemerlapnya saja. 

Saya sebenarnya trenyuh mendengar cerita Ayu. Banyak gadis muda seusianya yang gampang terpengaruh dunia gemerlap dan uang mudah. Tetapi saya tidak banyak berkomentar ketika dia bercerita. Saya hanya memberikan no WA saja jika dia memerlukan bantuan dengan segera. 

Beberapa kali saya masih mendapat order Ayu. Dia terkadang juga menghubungi jika memerlukan sesuatu. 

Namun, lama kelamaan komukasi kami semakin jarang dan kemudian terputus. Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan dia, yang jelas no WA saya tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Mudah mudah tidak terjadi apa apa kepada Ayu. Saya kuatir dengan nasib Ayu karena selalu teringat kepada anak perempuan saya sendiri. 

Saya hanya berharap Ayu hanya menjadi seorang PK saja, tidak kebablasan menjadi PSK atau gadis simpanan. Setidaknya, jika hanya menjadi seorang PK, Ayu tidak harus kehilangan masa depan dan cita cita yang mungkin masih bisa diraihnya. 

Baik dengan Angel maupun Ayu, saya tidak pernah mau menggurui. Tidak mau menjadi orang sok bijak yang memberi wejangan tentang moral dan etika. Saya sadar diri karena belum tentu bisa membantu kehidupan mereka. 

Keputusan menjadi seorang PK adalah hak mereka. Saya tahu, dengan berjalannya waktu, mereka sudah mengetahui segala resiko yang akan dialami.

Disebut sebagai wanita murahan dan rentan terkena penyakit yang ditularkan pelanggan adalah resiko langsungnya. 

Ada lagi resiko lain yaitu tekanan psikologi yang harus dialami. Angel tidak pernah bercerita kepada kedua anaknya pekerjaan apa yang dia lakoni. Sebisa mungkin Angel menyembunyikan informasi darimana dia mendapat uang selama ini. Angel tidak ingin kedua anaknya tahu bahwa uang yang didapat itu membutuhkan pengorbanan lahir batin dari seorang ibu mereka. 

Sebagai mantan pekerja sosial di wilayah Dolly Surabaya, saya banyak mendengar kisah pilu dari para PK dan PSK. 

Tidak gampang buat mereka untuk kembali ke 'kehidupan normal' yang dulu pernah mereka jalani. Ada banyak tantangan, tak sedikit rintangan yang harus dihadapi. 

Semua cerita diatas kelihatannya klise atau hanya kisah rekaan para PK saja. Tetapi saya sendiri tahu kebenarannya karena saya tahu tempat kost dan tempat kerja mereka. 

Oleh sebab itu kepada Angel, Ayu dan beberapa PK yang menjadi penumpang saya, sering kalimat ini saya ucapkan, 

" Hati hati ya Mbak, jaga kesehatan. Jangan lupa menabung .., tidak selamanya pekerjaan Mbak ini bisa diharapkan"

Salatiga 021021.46

Catatan : 

Angel dan Ayu bukan nama sebenarnya. 

Selain PK, informasi berasal dari beberapa teman yang sering membooking mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun