Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menjadi Tempat Curhat Para PK

2 Oktober 2021   16:05 Diperbarui: 2 Oktober 2021   16:08 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seorang PK.  Sumber foto Pinterest/titch ward

Menurut PK yang menjadi penumpang saya, hasil maksimal dari bookingan sekitar 50 ribuan semalam. Uang sebesar itu tidak bisa dinikmati setiap hari. Hanya hari hari tertentu saja bookingan PK bisa ramai. Malam Minggu atau malam liburan adalah masa panen para PK. 

Penghasilan dari bookingan hanya cukup untuk kost dan makan sehari hari. Padahal banyak kebutuhan lain harus dipenuhi. Paling utama dan paling banyak menyedot anggaran adalah kostum, kosmetik dan minyak wangi. 

Jika anda pernah mencium harumnya kosmetik murahan dan minyak wangi 1 cc dua ribuan, itulah yang dipakai para PK kelas bawah. Mereka harus irit dalam pengeluarannya. Lagian jika sudah karaokean, bau minyak wangi dan kosmetik tidak dipedulikan. Aromanya kalah dengan asap rokok yang memenuhi ruangan dan bau alkohol dari mulut para para pelanggan. 

Oleh sebab  itu seorang PK harus pandai merayu. Jika seorang PK pandai merayu, tamu tak ragu untuk membeli minuman dan makanan tambahan. Harganya jelas jauh dengan warung atau toko biasa. Bisa lipat dua, lebih sering berlipat lipat. Semakin banyak minuman dan makanan yang disantap, komisi untuk PK semakin banyak didapat. 

Tip dari tamu juga menjadi sasaran para PK untuk menambah uang di saku. Rayuan dan pelayanan yang lebih membuat para tamu semakin royal. 

Untuk membuat seorang tamu menjadi langganan tetap dan bersikap royal, seorang PK tidak boleh jual mahal. Selain suaranya harus bagus dan bersikap ramah, seorang PK harus rela jika tamunya berbuat nakal. Mau diraba dan dicium adalah konsekuensinya. 

Maka sering dijumpai istilah PK plus plus. Itu untuk menyebut PK yang praktek diluar jam kerjanya. Entah prakteknya apa, hanya tamu dan PK yang lebih tahu. 

Ada juga PK yang menjadi primadona. Walaupun sewanya mahal tetapi tetap menjadi rebutan. Jika pengunjung kalap, bisa jadi mereka gotok gontokan. Itu sebabnya sering kita dengar perkelahian pengunjung gara gara rebutan PK. 

Saya belum pernah mendapat penumpang seorang PK Primadona. Karena uangnya banyak mereka jarang order go ride. Berangkat pulang kerja sudah diantar jemput. Ada orang khusus; bisa tamu tetap, bisa pacarnya, adapula para 'anjelo'. Anjelo kependekan dari antar jemput (maaf) lonte.

Para Anjelo biasanya anak anak muda seumuran mahasiswa. Selain antar jemput, mereka juga seringkali diminta membelikan kebutuhan PK langgananya. Soal bayaran, itu tergantung kesepakatan. Bila PK mendapat banyak rejeki, Anjelo akan mendapat tambahan penghasilan dari bonus yang diberikan PKnya. Kebanyakan anjelo kemudian menjadi pacar sang PK. 

Tidak semua PK mau menjadi PK plus plus, contohnya penumpang saya, sebut saja Angel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun