Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewujudkan Masyarakat Terbuka, Bebas Bibit Kebencian

28 Januari 2023   20:14 Diperbarui: 28 Januari 2023   20:16 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Seiring menguatnya bibit intoleransi dan radikalisme di media sosial, bibit kebencian terus bermunculan di media sosial. Kebencian tersebut terus berkembang dengan bermacam kepentingan yang menempel di belakangnya. Mulai kebencian yang didasari persoalan sepele karena suka tidak suka, hingga persoalan perbedaan politik, keyakinan atau latar belakang yang lain.

Masifnya ujaran kebencian harus kita sudahi. Harus ada upaya untuk melawan kebencian ini. Karena sebagai masyarakat Indonesia, kita semua semestinya bisa saling menghargai dan menghormati antar sesama. Karena memang begitulah sejatinya kita. Dan memang begitulah Indonesia. Berdampingan dalam keberagaman, tanpa harus saling menyalahkan dan merasa paling benar.

Dalam perkembangannya, keterbukaan dan toleransi tersebut diganggu oleh menguatnya bibit kebencian, intoleransi dan radikalisme. Jika kita melihat lingkungan sekitar, begitu mudah sekali seseorang menebar kebencian karena alasan sepele. Terkadang tidak masuk akal sama sekal. Dan dampaknya bisa merugikan masyarakat luas. Contoh yang mungkin bisa kita ingat adalah pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai beberapa tahun lalu, yang terjadi hanya karena terprovokasi informasi menyesatkan di media sosial.

Intinya, praktek menebar kebencian terlihat menjadi sebuah kebiasaan sebagian masyarakat. Kelompok minoritas di Indonesia, seringkali menjadi korban oleh kelompok yang mengklaim bagian dari mayoritas. Padahal, di negeri ini tidak ada istilah mayoritas minoritas. Semuanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Namun dalam implementasinya seringkali berbeda. Kelompok Ahmadiyah hingga saat ini masih sering mendapatkan diskriminasi. Kelompok etnis Thionghoa, meski sudah diakui di negeri ini, seringkali juga mendapatkan diskriminasi.

Karena itulah, menjaga Indonesia untuk tetap menjadi plural society menjadi sebuah keniscayaan. Semua pihak harus mewujudkan masyarakat yang terbuka, dilingkungannya masing-masing. Memang hal ini bukan perkara yang mudah. Namun jika tidak dilakukan dan terus dilakukan, maka negeri yang besar dan kaya raya ini, bisa hancur karena masyarakatnya sendiri.

Dalam konsep masyarakat terbuka, sangat mengedepankan keseteraan, keterbukaan pendapat dan menentang ketidakadilan serta hal yang berbentuk otoriter. Dalam konsep open society juga harus diimbangi dengan mindset yang terbuka dalam diri setiap masyarakat. Tidak boleh lagi merasa paling benar dan menganggap orang berbeda, sebagai pihak yang salah.

Dan tanpa disadari, negeri ini sejatinya sudah menerapkan konsep masyarakat terbuka sejak dulu. Mari kita coba flashback. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa ketika itu, masyarakat sudah banyak mengantu kepercayaan. Ketika itu Hindu, Budha sudah masuk. Bahkan masih ada masyarakat yang menganut aliran kepercayaan. Dan ketika Islam masuk, tidak ada yang menentang. Begitu juga Islam, tidak ada niat untuk merusak agama dan budaya yang sudah ada. Bahkan, yang terjadi adalah akulturasi yang bisa kita lihat hingga saat ini.

Sekali lagi, mari tetap berdampingan dalam keberagaman. Ketika mendekati pemilihan presiden mendatang, kelompok intoleran pasti akan memunculkan lagi bibit kebencian untuk memecah belah masyarakat. Jika kita sudah mempunyai fondasi masyarakat yang terbuka dan kuat, harapannya segala bentuk pengaruh buruk tidak akan merubah kita sebagai masyarakat Indonesia yang terbuka, toleran dan saling menghargai antar sesama. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun