Mohon tunggu...
sovia vega
sovia vega Mohon Tunggu... pelajar

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterkaitan Pendidikan dengan Kemiskinan

14 Juni 2023   08:45 Diperbarui: 14 Juni 2023   08:53 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada laman website Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan pada Agustus 2022 menyatakan bahwa pemerintah akan segera menangani kemiskinan yang extrem, dengan terlebih dahulu memfokuskan program pengentasan kemiskinan pada beberapa wilayah yang memiliki jumlah masyarakat miskin extreme yang jumlahnya jauh dibawah garis kemiskinan. Karena Presiden RI Joko Widodo menargetkan setidaknya pada tahun 2024 kemiskinan menjadi 0% maka dalam kurun waktu dekat akan dilakukan pelaksanakan program luar biasa, yaitu dengan memutuskan segera program tahap 1 dan merancang model penanggulangan yang difokuskan pada kemiskinan yang extreme di tahap awal[7].

 

Zulkarnaen dan Ari Dwi Handoyo dalam artikelnya yang berjudul "Faktor-Faktor Penyebab Pendidikan Tidak Merata di Indonesia", pada artikel tersebut menyatakan bahwa pada pasal 31 UUD 1945 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 telah memberikan dasar bahwasnya negara berhak untuk menjamin, dan melindungi hak semua warga negara, khusunya dalam dunia pendidikan. Namun pada UUD tersebut belum terlaksanak secara keseluruhan, disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penghambat jalanya dunia pendidikan tidak merata secara maksimal, salah satunya wilayah desa yang cukup terpencil sehingga akses untuk dunia pendidikan masuk cukup kecil, sebab lainya adalah rendahnya layanan pendidikan, dan banyak guru mengajar yang belum memegang kualifikasi akademik S1 ataupun D4, sehingga pendidikan tidak berjalan maksimal, dari faktor diatas akan berakibat pada siswa dengan prestasi yang kurang memadai (rendah)[8].

 

Kemudian Siti Fadia Nurul Fitri dalam jurnalnya yang berjudul "Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia", menyatakan bahwa sebenarnya sistem pendidikan yang digunakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain hampir sama, namun salah satu kesalahan yang fatal telah dilakukan oleh bangsa ini, yakni kurangnya praktek di lapangan, pemerintah hanya memfokuskan materi pada pendidikan tanpa melakukan adanya praktek langsung dari materi tersebut, sehingga tujuan yang sudah tersusun dengan rapi, tidak mudah untuk dicapai[9].

 

Priarti Megawanti dengan jurnal yang berjudul "Meretas Permasalahan Pendidikan di Indonesia", membahas perihal permasalahan yang ada di Indonesia, terutama dibidang pendidikan yang sangat minim. Dalam pendidikan tidak hanya dilakukan pada wilayah sekolah yang hanya diajarkan oleh guru-guru, namun orangtua dan orang sekitar turut andil dalam tenaga kependidikan. Orangtua menjadi tanggungjawab pertama yang mendidik anak-anaknya, terutama mengajarkan perihal ilmu mendasar, seperti kepemimpinan, dengan begitu dimasa dewasa mereka tidak akan pernah lepas dari rasa bertanggungjawab[10]. 

 

Dari penelitian terdahulu, penulis ingin meneliti hal yang berbeda dari sebelumnya, yakni cara dasar yang semua orang bisa untuk sediki-demi sedikit mengangkat kemiskinan dan menjadikan pendidikan lebih berkualitas / bermutu, dengan pendidikan yang dimulai dari komunikas kecil, yakni keluarga.

 

Penelitian ini dinggap penting, karena berusaha untuk keluar dari permasalahan yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia, yakni di bidang pendidikan dan kemiskinan. Dari hal ini, peneliti menggunakan 2 teori, yakni Teori interaksi sosial dengan teori perubahan sosial. Dalam kehidupan, pasti ada interaksi yang terjalin antara manusia 1 dengan yang lain, antara kelompok 1 dengan kelompok lain. Dalam QS. Luqman 18-19 yang berbunyi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun