Mohon tunggu...
Sony Swangga
Sony Swangga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebohongan Kampanye Politik di Social Media

30 Mei 2016   16:46 Diperbarui: 30 Mei 2016   17:35 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita sering menilai kualitas itu lebih baik daripada kuantitas. Namun faktanya kita lebih menyukai jumlah yang lebih banyak tanpa mempedulikan kualitas yang hanya berjumlah sedikit. Logika ini seringkali digunakan kebanyakan orang dalam menilai sesuatu yang tidak belum pernah diketahui atau dikenal sebelumnya. Contohnya, bayangkan ketika kita sedang merasa lapar dan berada di tempat yang terdapat banyak penjual makanan yang kita belum pernah mendapatkan referensi dan mencoba mencicipi sebelumnya, otak kita seringkali memilih tempat yang paling banyak pengunjungnya. Cara memilih tersebut adalah normal bagi kebanyakan orang. 

Atas dasar pola pikir yang sama, tim sukses (timses) dari calon pemimpin menggunakan kuantitas sebagai senjatanya. Kenapa bisa? Begini cara melakukan kampanye politik di social media yang tidak kita ketahui atau bahkan sering kita abaikan.

Tahap 1

Perbanyak Jumlah Audiens di Social Media

Timses berlomba-lomba memperbanyak fans atau follower. Tidak peduli meskipun yang menjadi fans atau followernya adalah akun palsu (fake audiens) yang sengaja dibuat demi menunjukkan kepada akun asli bahwa calon yang diusung memiliki banyak pendukung. Proses selanjutnya adalah para pemilik akun asli akan percaya sehingga ikut bergabung mendukung calon pemimpin yang diusung oleh timses.

Bagaimana dengan yang tidak langsung percaya? Maka proses yang dilakukan selanjutnya adalah propaganda.

Tahap 2

Statement Propaganda

Ini adalah proses dimana sang pemilik rumah memperkenalkan anggota keluarganya. Para audiens yang menjadi tamu dibuat senyaman mungkin agar merasa betah berkunjung. Hal yang dilakukan timses adalah memastikan audiens menerima semua pesan politik agar dapat diterima dan dapat disebarkan ke jumlah audiens yang lebih banyak lagi. Sebenarnya proses ini biasa terjadi bukan hanya pada kampanye politik di sosial media, tapi juga pada kegiatan kampanye produk atau jasa perusahaan. Perbedaannya, propaganda politik di sosial media dibuat lebih sistematis.

Propaganda dimainkan oleh 2 aktor utama yang nantinya akan terbagi lagi dengan beberapa skenario yang berbeda. Aktor yang pertama tentunya adalah admin. Admin bertugas memberikan konten yang nantinya akan direspon oleh audiensnya. Sedangkan aktor yang kedua berperan sebagai fake audiens yang akan memberikan respon dari konten admin ataupun membuat konten sendiri. Meskipun perannya sebagai audiens, namun inilah yang paling 'berbahaya' dalam propaganda politik.

Proganda ini terbagi menjadi 3 skenario yang diperankan oleh fake audiens yang berbeda.

Skenario pertama

Audiens yang berperan sebagai tamu. Sebut saja "si Lugu". Perannya mengambil sisi sebagai orang awam yang tidak tahu figur calon pada awalnya. Tentunya hanya berpura-pura. Si Lugu mengajukan beragam pertanyaan seputar figur calon pemimpin. Segala bentuk pesan si Lugu nantinya akan dilihat oleh real audiens demi menciptakan persepsi bahwa akun atau group atau fanpage admin memiliki kebebasan bertanya dan berpendapat.

Skenario kedua

Audiens yang berperan sebagai tetangga si pemilik rumah. Mereka tentunya mengenal betul dengan si calon pemimpin yang diusung. Sebut saja "si Pintar". Mereka akan menjawab segala pertanyaan si Lugu maupun real audiens dengan bijak. Sayangnya, jumlah mereka tidak banyak. Belum lagi materi yang mereka miliki juga terbatas, sehingga akan sulit jika harus menjawab semua pertanyaan yang mudah maupun kritis dengan jawaban yang memuaskan. Jika sudah begini, saatnya mengandalkan skenario ketiga.

Skenario ketiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun