Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kesehatan Bu Mia memburuk dan akhirnya ibu asuh Amelia yang kini sudah bagaikan anggota keluarga Lana sendiri itu pun menghembuskan napas terakhirnya ketika sedang duduk di kursi roda dan bercengkerama dengan Lana dan Amelia di taman belakang rumah mereka.
Kepergiannya begitu tenang. Kedua matanya tertutup rapat dan aura wajahnya memancarkan kedamaian. Lana yang merasa sangat kehilangan mengecup kening saudara tuanya itu dengan lembut, sementara Amelia memeluk jasad mamanya sambil menangis tersedu-sedu...
***
Sepeninggal Bu Mia, Lana memulai perjuangannya untuk mencari jalan kesembuhan bagi sang putri tercinta. Sebelum meninggal dunia, Bu Mia benar-benar telah mempersiapkan dengan matang segala sesuatunya. Ia mewariskan seluruh hartanya pada Amelia dengan pengawasan Lana sebagai ibu adopsinya. Seluruh harta itu hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya untuk biaya hidup Amelia selanjutnya serta biaya pengobatan yang diperlukan untuk membuat kedua kaki gadis kecil itu bisa berfungsi dengan baik.
Lana membawa putrinya meninggalkan Indonesia dan menuju negeri Tiongkok guna menjalani serangkaian perawatan dan terapi yang dibutuhkan demi mewujudkan amanah Bu Mia. Kemahirannya berbahasa Mandarin sungguh sangat membantunya mencari informasi yang berguna bagi kesembuhan putrinya.Â
Kadangkala rasa lelah dan jenuh menghampirinya, namun dia berusaha mengenyahkannya jauh-jauh dengan mengingat semua hal yang telah dilakukan Bu Mia untuk anaknya. Kini tibalah giliranku memperjuangkan nasib anak kandungku sendiri, tekadnya dalam hati.
Amelia sendiri tampak senang bisa bepergian dan menyaksikan banyak hal yang belum pernah dilihatnya. Bundanya memang tidak melulu mengajaknya menemui dokter, terapis, maupun tabib di negeri Tirai Bambu itu. Gadis kecil itu terkadang diajak mengunjungi tempat-tempat wisata yang masih memungkinkan bagi kondisinya, seperti Tian An Men Square, Summer Palace, dan lain sebagainya. Ia juga diajak menikmati aneka kuliner Tiongkok yang tersebar di Wangfujing Street, Beijing. Lana benar-benar ingin membuat anak perempuannya itu bahagia, demi menebus masa-masa kecil Amelia yang tumbuh besar tanpa kehadiran ibu kandungnya.
Aku sekarang mengerti, Tuhan, gumam Lana dalam hati. Di balik segala peristiwa buruk, selalu terselip hikmah yang tersembunyi. Engkau membiarkan Amelia terlepas dari tanganku ketika dia masih bayi, supaya Mas Budi dan Bu Mia bisa bersatu kembali dan hidup berbahagia di sisa akhir hidup mereka. Sedangkan aku sendiri bisa mempelajari bahasa Mandarin dan kebudayaan Tiongkok, yang akhirnya menjadi sangat berguna untuk mencari kesembuhan buat Amelia. RencanaMu benar-benar luar biasa dan tak terjangkau akal pikiran manusia.Â
Terima kasih untuk segalanya, Tuhan. Aku akan berusaha sebaik-baiknya untuk menunaikan tugas yang diberikan padaku ini. Tolong dampingi kami selalu, Bapa. Berikanlah petunjuk-petunjuk, apa saja yang harus kami lakukan. Kami akan melakukannya dengan sepenuh hati...Amin.
Begitulah doa Lana selalu setiap hari.
***