Baginya, yang "mendesak" (notifikasi, tren terbaru) selalu mengalahkan yang "penting" (pengembangan diri, belajar skill baru).
Konsekuensi: Hidup yang Dikendalikan oleh Lingkungan*
Tanpa prioritas, hidup Andi sepenuhnya dikendalikan oleh lingkungan dan orang lain.
* Ia tak tahu apa yang harus dihindari. Ghibah, lingkungan pergaulan yang toxic, atau konten yang menghabiskan waktu, semua ia konsumsi karena tidak ada filter.
* Ia tak tahu apa yang harus dipersiapkan. Â Ketika orang lain mempersiapkan dana pensiun atau mempelajari skill masa depan, Andi sibuk menghabiskan uang untuk tren yang akan segera pudar.
* Ia tak tahu dengan siapa harus bergaul. Pertemanannya luas tetapi dangkal.
Ia tidak sengaja telah berkumpul dengan --orang-orang yang juga tidak memiliki visi, yang justru saling menguatkan dalam kebodohan & ketertinggalan.
Pada akhirnya, Andi merasa hampa. Di usia yang tak lagi muda, ia melihat teman-temannya telah mencapai sesuatu, sementara dirinya masih di titik yang sama, Tak kemana-mana, hanya dengan kenangan-kenangan akan distraksi yang pernah ia kejar.
Solusi: Menetapkan Prioritas dengan Benar untuk Mendefinisikan Tujuan
Lalu, bagaimana cara keluar dari pusaran ini? Jawabannya adalah dengan menetapkan prioritas secara benar.
Prioritas bukanlah daftar keinginan, melainkan kompas yang mengarahkan setiap tindakan kita menuju tujuan.