Ia seperti pemburu yang mengejar lima kelinci sekaligus, dan hasilnya, semua kelinci itu lolos.
Akar Masalah: Ketiadaan Tujuan yang Didefinisikan
Penyebab utama dari kegalauan Andi adalah tidak adanya tujuan hidup yang jelas dan terdefinisi.
Ia hidup mengalir seperti air, tanpa pernah bertanya, "Sebenarnya, untuk apa aku hidup? Apa yang ingin kucapai dalam 5, 10, atau 20 tahun ke depan?"
Ketiadaan tujuan definitif ini menciptakan efek domino yang merusak:*
1. Tidak Ada Tengat Waktu:Â Tanpa tujuan, tidak ada deadline hidup.
Waktu terasa begitu murah dan tak berharga baginya. *"Besok saja lagi,"* adalah mantranya.
Waktu dijalani dengan suka-suka bin  sak penake dewe alias terserah gue. Lainnya gak usah dipikirin.
Akhirnya, hari-hari terbuang sia-sia untuk hal-hal yang tidak substansial.
2. Tidak Ada Peta Kehidupan: Andi tidak memiliki peta untuk menavigasi hidupnya. Ia tak tahu jalan mana yang harus ditempuh, belokan mana yang harus diambil, atau jurang mana yang harus dihindari.
3. Tidak Ada Prioritas: Inilah inti permasalahannya. Karena tidak tahu tujuannya, Andi tidak bisa membedakan mana yang penting dan mana yang hanya menarik.
Bergadang untuk menyelesaikan project penting? Itu membosankan. Tetapi bergadang untuk menonton serial terbaru atau scroll media sosial? Itu mengasyikkan.