Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Pesan Simpel untuk Mengawali Pagi

10 Oktober 2019   07:14 Diperbarui: 10 Oktober 2019   08:13 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi, cuma soal simpel. Jika di awal saya bilang bahwa hal simpel bisa menjadi masalah serius, kali ini mau saya bilang bahwa masalah serius pun bisa dibuat menjadi simpel. 

Maka kenapa, semakin ke sini semakin banyak hal yang lahir cuma supaya semakin bisa dibuat simpel. Sebab, rumitnya ilmu pengetahuan memang tidak ditujukan untuk membuat dunia semakin rumit, melainkan bisa menjadi lebih simpel. Tidak perlulah, ya, untuk saya jelaskan panjang lebar apa saja bukti-buktinya. 

Kalaupun harus ada bukti, di masa lalu untuk nembak gadis idaman saja mesti lewat surat karena gemeteran jika harus bertatap muka, sekarang cukup dengan WhatsApp, Line, dan lain-lain. Emang, sih, bagaimana berdebar-debarnya menunggu jawaban lewat surat, mungkin akan berbeda dengan seberapa skala Richter yang bisa dihasilkan debaran lewat WA dan sejenisnya. Jangan pusingkan jika di sini Anda sedikit bingung, apakah di sini saya mau bahas gempa?

Generasi simpel 

Nggak keliru jika belakangan muncul istilah ini. Wong di mana-mana dituntut untuk cepat, praktis, efisien, hemat waktu, dan nggak bikin bete. Siapa mau disuruh ngantre lama-lama hari ini? Hampir tidak ada, entah saat berada di gerai makanan atau di bank.

Silakan saja datang ke berbagai bank, jarang bisa Anda temukan ruangan kantor bank disesaki orang-orang. Sebab untuk mengambil dan menyetorkan uang cukup dengan ketak-ketik di mesin ATM, dan dalam hitungan menit uang sudah bisa ditarik atau disetorkan. 

Itu juga tak lantas bikin orang puas. Sebab, ternyata, keberadaan ATM semata tak jarang tetap bikin banyak orang tetap harus ngantre. Belum lagi karena banyak orang yang kurang peka waktu. 

Saat berada di mesin ATM, entah untuk transfer, menarik, atau menyetor uang, tak sedikit yang berlama-lama di sana, hampir tidak menggubris bahwa di luar bilik ATM sudah banyak orang mengantre.

Saya masuk dalam daftar orang yang sering ngedumel tiap kali ke ATM, tapi masih saja harus mengantre lama. Sudah dulu untuk mencari jodoh saja terasa seperti disuruh antre lama banget, untuk urusan di depan ATM pun lagi-lagi harus ngantre. Eh, maaf jikalau perbandingannya terasa lompat jauh begini. Maklum, sepertinya ini efek kenangan pernah ikut lomba lompat jauh di masa kecil, hingga buat cari perumpamaan saja, dari urusan ATM bisa loncat ke urusan jodoh.

Tapi, dalam urusan lompat-melompat ini, juga sudah zamannya. Sebab sekarang hampir di semua lini menganut prinsip simpel. 

Kebetulan, saya sendiri kebetulan adalah nasabah Bank Central Asia (BCA). Terakhir ke kantor bank tersebut cuma sekitar enam bulan lalu. Itu juga cuma buat mencairkan deposito. Selebihnya, hampir tidak pernah lagi "bikin pusing" petugas bank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun