Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Perawan

31 Januari 2010   19:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti apakah rupa cinta yang dirasakannya wahai Engkau yang telah membuatku menjadi lelaki tuli.

Hingga membuatku kian tak mengerti suara perawan itu yang begitu lekat terpatri.

Seperti apakah halaman buku yang Kau tuliskan tentang takdir seorang lelaki sunyi.

Apakah perawan itu lebih dulu mengerti seperti apakah rupa matahari?

***

Hanya sunyi. Hanya hening. Sama sekali tak ada lagi gemerincing gelang kaki yang merangsangku serupa melihat penari telanjang. Aku merasakan cinta itu terkadang seperti tanah kerontang.


"Kemarilah," Al Adawiyya bicara mesra serupa kekasihku. Entah kenapa ia berikan tangan halusnya untuk menyentuh tanganku, digenggam dengan tangan yang selembut kapas itu. Yang terjadi, akupun mati seketika, mayatku dibaringkannya di sebuah taman bunga. Arwahku hanya menatap jasad itu, masih tak mengerti.

"Cinta itu adalah ketakutanmu pada kematian."

***

Meski kematian itu telah datang, sepertinya cinta itu juga takkan pernah dipahami.

"Untuk apakah juga aku diajarkan pelajaran harapan duhai Perawan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun