Kisah lain datang dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Suatu ketika beliau mendengar iqamah shalat, namun anaknya belum bergegas ke masjid. Umar menegur dengan tegas: "Apakah engkau ingin menjadi orang yang lalai dari panggilan Allah?" Ketegasan Umar menunjukkan bahwa orang tua harus berani menanamkan kesadaran spiritual pada anak-anaknya.
Keseimbangan Ibadah, Akademik, dan Teknologi
Anak boleh bermain HP, tetapi harus ada aturan jelas. Untuk anak laki-laki, syarat utamanya adalah menjaga shalat wajib berjamaah di masjid. Hiburan boleh dinikmati, namun tugas belajar tetap prioritas. Prinsipnya sederhana: teknologi bukan penghalang ibadah dan prestasi, melainkan bisa menjadi sarana untuk mendukung keduanya.
Rumah adalah Madrasah Pertama
Sekolah dan rumah harus berjalan seiring. Di sekolah, anak diberi disiplin ibadah; di rumah, orang tua memperkuat dengan pengawalan dan keteladanan.
Sejatinya, anak-anak belajar lebih kuat dari teladan dibanding sekadar perintah. Jika orang tua rajin berjamaah di masjid, membaca Al-Qur'an setiap hari, dan menjaga adab dalam kehidupan, anak-anak akan otomatis mengikuti.
Penutup
Kolaborasi emas antara sekolah dan orang tua inilah yang akan melahirkan generasi unggul: generasi yang ibadahnya kuat, akhlaknya indah, dan prestasinya gemilang. Dengan ibadah yang terjaga, akhlak yang luhur, serta prestasi akademik yang cemerlang, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan zaman, sekaligus menjadi penerus umat yang membanggakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI