Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

(9) Antara Makhluk Sosial-Beragama, Sekadar Membaca Judul, dan Menonaktifkan Centang Biru WA

31 Maret 2023   16:06 Diperbarui: 31 Maret 2023   17:38 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikustrasi Supartono JW

Rendahnya literasi, matematika, dan sains, juga berperan membentuk manusia   yang memiliki gaya hidup hedon, seperti bukan makhluk sosial dan beragama. Termasuk bergaya hidup menonaktifkan centang biru dalam fitur aplikasi WhatssApp (wa)-nya. Tujuannya, apa?

Dari deskripsi tersebut, tersirat dan tersurat bahwa masyarakat banyak yang tidak mau belajar, malas membaca, malas menganalisis, malas mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan. Meninggikan diri sendiri, berprivasi, yang semuanya bertolak belakang dengan kodrat sebagai makhluk sosial dan beragama.

Ujungnya, generasi yang lahir adalah generasi copy paste (copas), tiba saat tiba akal, tidak kreatif, tidak inovatif, pemakai produk asing, dan memaksakan bergaya hidup tidak sesuai "kemampuan" (literasi, matematika, sains,    sosial, agama, dll). Sombong, angkuh, meninggikan diri sendiri, mengekslusifkan diri, dan sejenisnya.

Dua persoalan: HANYA MEMBACA JUDUL dan MENONAKTIFKAN CENTANG BIRU, ternyata lebih memprihatinkan. Pasalnya, pelaku yang hanya gemar membaca judul dan menonaktifkan centang biru, dari sebagian grup media sosial yang saya tahu dan ada di dalamnya adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Bukan masyarakat yang tidak berpendidikan.

Padahal, dari berbagai literasi yang saya baca, masyarakat Indonesia (yang sudah mengenyam pendidikan bangku sekolah/kuliah atau yang belum mengenyam pendidikan) menjadikan medsos sebagai saluran utama memperoleh berita, unggul jauh dari media konvensional. 

Sementara, sebelum medsos lahir dan hadir, masyarakat yang sudah mengenyam pendidikan bangku sekolah/kuliah, juga enggan dan malas membaca informasi/berita dari media konvensional. 

Saya kutip dari tirto.id (14/9/2017),  tujuh tahun yang lalu, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika Bidang Hukum Henry Subiakto mengatakan bahwa 4 dari 7 orang Indonesia aktif di media sosial. "Hanya 7 menit orang bisa dipisahkan dari HP-nya," ungkap Henry.

Pertanyaannya, setelah 7 tahun, kini di 2023, di Ramadhan 1444 Hijriah, hari ke-9, kira-kira, dari setiap 10 orang, berapa yang aktif di medos dan berapa lama dapat dipisahkan dari HP? Berapa yang hanya membaca judul informasi/berita? Berapa yang menonaktifkan centang biru wa?

Centang biru wa

Di Instansi, Institusi, dan Perusahaan, banyak para pemimpinnya yang sudah mengingatkan agar para bawahannya (karyawannya) tidak menonaktifkan fitur centang biru wa-nya.  Salah satu alasannya, komunikasi cepat di dunia pekerjaan vital. Para pemimpin juga dapat mericek kesiapan dan kesigapan karyawannya dengan centang biru. Tidak ada karyawan yang mengeklusifkan diri, meninggikan privasi, dll yang akan menghambat kinerja dan tercapai serta suksesnya pekerjaan. Artinya ini dari sisi manusia sebagai makhluk sosial.

Dari sisi sebagai makhluk beragama, di tahun 2020, saya sudah mengutip pernyataan KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym, yang menyebut, mematikan centang biru pada aplikasi berbagi pesan wa, termasuk PERBUATAN TERCELA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun