Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Fiksi Horor dan Misteri] Yang Melintas Batas

23 September 2016   20:24 Diperbarui: 24 September 2016   01:55 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Kompasiana.com

Pada pagi hari, aku dibertahu jika ibu sepuh kamar depan itu meninggal pada sekitar jam duabelasan, aku tertunduk, rupanya sebelum meninggal beliau sempat pamit masuk kekamarku semalam.

Aku kekamarnya, tapi kamarnya sudah kosong, sedang dibersihkan, Beliau sudah dibawa kekamar mayat, menunggu famili dan putra-putrinya datang.

Sebelum berangkat kekantor, aku memerlukan kekamar mayat dahulu. Dan didekat kamar itu ada beberapa keluarga Arab yang bergerombol dan tampak berduka. Aku masuki kamar mayat itu, merinding juga melihat banyak mayak terbaring ditutup kafan. Aku mencari ibu sepuh untuk mengucapkan bela sungkawa pada keluarganya.

Disebuah sudut,  aku melihat pemandangan yang memilukan, seorang wanita seumuran dengan aku sedang menangis dan memeluk ibunya, itu rupanya putri ibu sepuh yang katanya mirip denganku, aku tertegun. Terasa pedih perih dan pilu hati ini. Entah kenapa aku tidak jadi terus, aku menyelinap dan minggir, pedih dan pilu kurasakan.

Ketika kembali, dan berpapasan dengan beberapa keluarga Arab  yang menangis, aku segera minggir. Mereka membuka dua penutup mayat yang ada dan aku terperangah, kedua orang itu ternyata yang semalam kita jumpai tergesa melayang menuju kamar mayat.

Mereka meninggal karena kecelakaan semalam, aku segera keluar dari kamar mayat itu, menuju ke tempat parkir mobil. Aku termenung sejenak, jadi semalam mereka itu semua adalah pribadi yang melintas batas, Sebetulnya kita sudah beda dunia, beda  dimensi, tetapi mereka masih ingin melintai batas itu.


Aku mengusap air mataku, tertunduk dan kemudian kustarter mobilku.

Sumber Gambar: Kompasiana.com
Sumber Gambar: Kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun