Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Fiksi Horor dan Misteri] Yang Melintas Batas

23 September 2016   20:24 Diperbarui: 24 September 2016   01:55 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Kompasiana.com

***

Detik itu kita berhenti bareng, kita menoleh – diatas pohon ada tengkorak bergantung, kepala dibawah, matanya berlubang – kosong. Sedang kakinya yang hanya satu nyangkut dipohon, dan ditangannya memegang kedua bola matanya.

“Weh, kuaget aku  !!!” kata tante Murni “Gek nyang opo to kuwi ,…” dan tiba-tiba beliau mengertak keras dan tengkorak itu mungkin juga kaget, dia jatuh berantakan, tulangnya tersebar, bola matanya menggelinding entah kemana

Sekejap tulang-tulangnya menyatu dan dia bingung mencari bola matanya kesana-sini. Kita terus jalan, kulihat tante Murni masih sempat menyedot ys dawetnya, aku juga meniru gayanya, meskipun tadi kaget bukan alang kepalang juga.

Didepan ada jalan berbelok, dan kulihat ada mahluk yang mengerikan, rambut gimbal terurai, tubuhnya bungkuk lusuh, wajahnya keriput menyeringai, matanya cuma satu, dia berjalan terseok-seok, tetapi kita terus berjalan.

Ketika dekat, tiba-tiba tante Murni berkata santun :” Nuwun se-wu mbah, ...” dan kita melewati beliau yang tampak keheranan juga, lagi-lagi aku juga cepat nyeruput ys dawet – waduh deg-degan tenan.


Kita berjalan terus, sepi saja keadaannya, karena tante Murni santai saja, akupun ikut nyantai, jalan saja lurus tidak berani tengok kiri-kanan. Di jalan seberang tampak ada dua sosok yang berjalan cepat, bahkan seperti melayang,

“Dudu uwong kuwi jeng,…” kata beliau, bukan manusia itu, akupun memperhatikan, ketika agak dekat keduanya menoleh kearah kita, ada profile Arab dikedua mahluk itu.

Kita memperhatikan, tampaknya mereka tergesa, jalannya cepat seperti melayang, terus kebelakang mengarah ke kamar mayat.

Akhirnya kita sampai juga dikamar pavilyun dan semalam itu aku hampir tidak bisa tidur, tetapi anehnya tante Murni terlihat nyenyak saja tidurnya, seolah tidak terganggu samasekali.

 ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun