- Siti Rahma -
Senin, 01 September 2025
Ayah, ibu, sewaktu aku masih kecil berusia 15 tahun, aku liat ayah sangat berkerja keras dengan hasil kerja keringat nya tidak ada pernah usai, dan baju nya sampai basah , demi liat keluarga nya bahagia senang, di belai kasih sayang nya, aku dapat semua dari mu ayah, ibu, aku sangat di didik oleh ayah sangat tegas oleh ayah,  agar tidak jadi orang lemah, biar jadi orang kuat, tidak mudah menangis, tapi sewaktu itu aku masih kecil aku benci sama ayah, karena mendidik ku sangat tegas, aku hanya bisa menangis,  tapi ibu membela ku mendidik ku penuh kasih sayang yang sangat pengertian padaku, namun waktu  itu sudah berlalu, aku perjalanan ini aku yang sudah beranjak dewasa, yang mempunyai pilihan dan hidup arti yang sesungguh nya, bu hidup ini, melelahkan ya bu, perjalanan kehidupan yang banyak melewatkan lika liku, di hidup ku uda tidak ada selama nya ayah, ibu, di sisi ku selama nya, aku bingung karena tidak ada yang bertanya keadaan ku, tidak ada tempat buat cerita keluh kesah ku, akuu hanya bisa merenung,
aku anak pendiam, tidak banyak bicara , aku anak  perkerja keras seperti ayah, andai ayah, ibu, waktu bisa di putar kembali lagi ayah,bu, aku sangat bahagia, tanya kesaharian ku, dan rindu canda, tawa, hidup menjadi dewasa ternyata berat ya bu,  pantes saja ayah mendidik ku sangat tegas agar tidak mudah menangis, aku tidak kuad bu, harus menanggung sendirian karena tidak ada lagi ayah, ibu, selama nya di samping ku, aku sekarang hidup di kota orang,  untuk mencari rupiah, aku sudah beranjak dewasa sekarang aku sudah berkerja keras seperti ayah, namun malam hari nya ketika aku seewaktu tiba pulang kerja rumah sunyi tidak ada suara ayah, ibu, aku sangat rindu padamu, aku pulang kerja, langsung tidur, di kamar ku, aku hanya bisa melihat foto ayah, ibu, yang saat ini aku genggam , handphone, melihat momen itu saat bersama mu
kalau aku ada masalah , aku cerita ke ibu, kalau aku ada rezeki ingat ibu , pengen banget beliin ibu sesuatu, ajak ibu jalan jalan, kalau waktu bisa di putar kembali, tidak akan bikin ibu pusing, aku tidak akan melawan, biar ibu bisa hidup lebih lama lagi, di dunia ibu nemenin aku bertumbuh, aku kangen sama ayah , ibu, bahkan aku bilang " kasih jalan aku buat ketemu lagi,  ayah, ibu "makasihh ya ayah,ibu,  maafin kaka ya, sayang dan cinta nya kaka buat ayah, ibu,  namun aku pendem semua agar orang lain melihat ku tersenyum
sekarang aku sudah mengerti, kenapa ayah mendidik aku sangat tegas sewaktu kecil, karena itu ayah mengajarkan aku untuk kuat, hebat, tidak mudah menangis, Â namun ketika ayah tidak ada, lebih dari itu dunia menghakimiku, Â namun aku salah paham sama ayah, aku sangat kesal sama diri sendiri , karena tidak mengerti sikap tegas ayah kepada ku. ayah sekarang aku mencari rupiah di kota orang aku merenungkan kembali semua peringatan dan teguran mu kepada ku, besok pagi hari nya aku kesiangan untuk berkerja saat itu juga aku tidak datang ke perkerjaan ku dengan ber-alasan ( sakit ) dengan bos nya
aku termenung , ( ucap ku dalam hati ) biasa pagi pagi ada yang bangun kan aku tidur , namun ini tidak lagi yang bangun kan tiap pagi nya, bagi anak tanpa orang tua itu sulit, jika di kaki ibu engkau temukan surga maka di kaki ayah, jika engkau temukan kekuatan dan perjalanan perjuangan tentang perjuangan hidup, semahal mahal nya sesuatu tidak ada yang lebih mahal dari ciuman dan pelukan ayah,ibu ke anak nya.
~ Selesai ~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI