Mohon tunggu...
Siti Hajar as anjar
Siti Hajar as anjar Mohon Tunggu... Lainnya - Fungsional Administrator Kesehatan Ahli Madya, Kemenkes 🇮🇩 🇮🇩

Imajiner keeper, loves growing and developing learning by process and experience, and follow the passion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gak Sadar, Ikutan Bullying

5 Juni 2022   08:00 Diperbarui: 9 Mei 2023   15:37 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying | sumber: Anjar Image

Jujurly...Pernah Gak Ikut Bullying?

Apa Perasaan Kamu Setelah Ikutan Nge-bully?

Cuek Dan Bodo Amat, Merasa Bersalah Atau Puas?

Saya....Pernah

Tapi gak sadar itu namanya nge-bully, saat itu memang sedang kesal sama seseorang dan ternyata  ada yang senasib kesal juga. Orang yang senasib tersebut ternyata orang yang populer dan banyak penggemar.

So......ketika dia tahu saya juga mengalami masalah yang sama, dia seperti dapat angin segar untuk menggalang image bahwa orang yang saya hadapi itu layak di "Jauhkan". Orang yang senasib tersebut nempel  terus seperti perangko supaya kita terpengaruh.

Jujur perasaan pada waktu itu sangat tidak nyaman ya... karena sadar sepertinya hanya "dimanfaatkan" untuk kepentingannya saja. 

Apalagi pada saat semua berkumpul tiba-tiba salah seorang teman datang memberitahu dengan berbisik, "tuuuuh liat tuuuh mbaa, ngapain coba dia begitu?...songong kan?"

Emosi dipanas-panasin, tapi saya tipikal tidak bisa mempermalukan orang ya di depan umum. Mungkin maksud teman tadi supaya saya memarahinya di depan umum.

No, I am not doing that!.

Saya masih melihat dan menghitung seberapa kesalnya saya dulu terhadap orang ini. Tapi teman-teman lainnya ternyata berbuat di luar dugaan dan melakukan bullying verbal ketika yang bersangkutan lewat dengan bahasa sindiran, "awas ada yang sok tahu lewat!". Sungguh saya gak ngeh dengan apa yang terjadi, tiba-tiba semua tertawa terbahak-bahak..., lalu teman yang di bully tersebut lari meninggalkan ruangan. Dan teman yang membully menyampaikan pada saya, betapa lucunya mereka melihat mimik muka teman yang di bully tersebut.

Terus terang memang  bingung bersikap menghadapi situasi "serba salah" tersebut, disatu sisi  teman kompakan,  di sisi lain "empati". Yang jelas, walaupun saya ada di kelompok pembully, saya tidak ikut tertawa meng-olok-olok. Saya menyadari  dan merasa hanya dimanfaatkan, nanti pun mungkin  akan diperlakukan sama.

Terhadap yang di bully, saya tetap menegur dengan baik setiap berpapasan. Namun mungkin karena dianggapnya saya termasuk bagian di kelompok tersebut sehingga sikapnya nge-block. Karena secara tidak sadar sudah ikut mem bully, ada perasaan bersalah. Walaupun kesal atas kesalahan terhadap orang tersebut, karena empati saya masih membelanya melalui pendekatan personal ke beberapa orang yang kira-kira masih bisa  dinasehati.  

Berada di kelompok bullying memang saya mengambil  posisi  diam supaya "aman", tapi tidak pembiaran begitu saja. Saya menunggu saat yang tepat untuk dapat menyampaikan bahwa apa yang dilakukan tersebut salah,  karena dengan identitas "berhijab" merasa malu sendiri  memiliki akhlak yang tidak baik, jadi saya berbuat semampunya kondisi pada waktu itu.

Bullying ternyata menjadi top ratting viral pemberitaan di media sosial di luar negeri khususnya, karena meningkatnya kasus dialami pada anak-anak di sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun