Tentu kujawab penuh semangat, "Tampar 2 kali, Pak. Pipi kiri dan kanan. Yang pipi kiri sebagai balasan. Sementara pipi kanan sebagai hukuman agar kapok. Jahat banget nampar pipi orang lain. Sakit kan ditampar?"
Langsung atasanku mengeluh, "Aduuuh. Malah ditampar kedua pipi. Tak boleh itu. Pelanggan itu raja. Kalau ditampar pipi kiri, ya sudah... biarkan saja... harus kembangkan soft skill dalam menangani konsumen... blablabla..." Akhirnya, aku diceramahi 1 jam. Rekan kerja lain yang turut mendengarkan ceramah atasanku, cekikikan. Katanya, adegan atasanku menceramahiku ala drama :O
Awalnya, aku kelabakan mengikuti ritme bekerja kedua atasanku yang sangat detil ala penelitian. Kalau gayaku bekerja lebih ke arah pendekatan praktis. Misalnya, jumlah produksi herbal instant kusesuaikan dengan permintaan (demand) untuk meminimalisir jumlah produk yang tak laku. Aku hanya membuat tabel dan grafik sederhana terkait penjualan beberapa bulan sebelumnya. Dari tabel dan grafik tersebut didapatlah strategi produksi yang sederhana. Jika suatu varian produk A lebih laku dibanding varian yang lain, maka varian produk A tersebut diproduksi lebih banyak.
Bisnis pasangan suami istri tersebut berhasil berkembang dari penjualan di outlet rumah, penitipan di apotek-apotek dan kantin, lalu merambah pada kemitraan Serambi Botani, outlet herbal di Mall Botani Square. Omzet pun meningkat setelah dilakukan rebranding seperti mengubah kemasan.
Keberhasilan bisnis pasangan tersebut karena kompaknya pasangan suami istri tersebut. Satu ide. Saling menunjang. Mungkin itu yang namanya berkat kekuatan cinta (the power of true love).
________________________
Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mengimplementasi bisnis bersama keluarga ataupun pasangan tanpa drama ialah sebagai berikut.
Integratif.
Manajemen bisnis diterapkan dengan baik. Pembagian kerja secara jelas antar anggota keluarga ataupun pasangan.
Interaktif.
