Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke wiryawansisca@gmail.com yang ingin dianalisis laporan keuangan, dll e-mail saja bahan2nya.dah biasa kerja remote. trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri Rumah Gadai, Bab 6 (Teman)

6 Mei 2025   10:47 Diperbarui: 6 Mei 2025   10:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Mata Ibu mendelik hingga nyali Dika menciut. Ibu tak terima disalahkan begitu saja oleh anak bungsunya. Hari ini memang bukan hari keberuntungan Dika.

 

"Memang faktanya seperti itu," gumam Dika sembari mengusap bokongnya yang sakit akibat jatuh.

 

Aku yang sedang mengedit artikel kesehatan, terkikik saat mendengar Ibu menyerang Dika yang gelagapan. Dika tak peka. Ia memencet tombol emosi Ibu yang sudah bad mood dari pagi karena Bapak uring-uringan. Ibu lupa membeli pepaya untuk melancarkan pencernaan saja, Bapak mengomel tanpa henti. Memang sih Bapak mengeluh terus menerus sejak dua hari yang lalu. Ia terkena sembelit. Tapi, kan tidak perlu melampiaskannya ke Ibu. Memang karakter Bapak itu sulit. Tak mudah hidup berdampingan dengannya. Terus terang aku salut dengan Ibu yang mempertahankan pernikahannya.

 

***

Hujan deras semalaman menyebabkan malam ini terasa begitu dingin. Aku pun menyelubungi diri dengan selimut katun bermotif panda. Tapi, tengah malam aku terbangun akibat kedinginan. Ternyata selimutku tersebut tersibak seluruhnya hingga menggunuk di sebelah kiri tubuhku. Aku pun menarik selimut tersebut dan kembali bergelung dengan nyaman. 

 

Jam dinding menunjukkan tepat pukul 2 malam. Aku kembali terbangun karena kedinginan. Sendi-sendi ototku terasa begitu ngilu. Selimutku kembali tersibak ke tepi kiri. Aku pun kembali merenggut selimutku. Mengapa sulit sekali menariknya? Selimut itu terasa begitu berat seperti ada beban yang menindihnya! Karena mengantuk, aku tak terlalu mempedulikan kejanggalan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun