Â
Mata Ibu mendelik hingga nyali Dika menciut. Ibu tak terima disalahkan begitu saja oleh anak bungsunya. Hari ini memang bukan hari keberuntungan Dika.
Â
"Memang faktanya seperti itu," gumam Dika sembari mengusap bokongnya yang sakit akibat jatuh.
Â
Aku yang sedang mengedit artikel kesehatan, terkikik saat mendengar Ibu menyerang Dika yang gelagapan. Dika tak peka. Ia memencet tombol emosi Ibu yang sudah bad mood dari pagi karena Bapak uring-uringan. Ibu lupa membeli pepaya untuk melancarkan pencernaan saja, Bapak mengomel tanpa henti. Memang sih Bapak mengeluh terus menerus sejak dua hari yang lalu. Ia terkena sembelit. Tapi, kan tidak perlu melampiaskannya ke Ibu. Memang karakter Bapak itu sulit. Tak mudah hidup berdampingan dengannya. Terus terang aku salut dengan Ibu yang mempertahankan pernikahannya.
Â
***
Hujan deras semalaman menyebabkan malam ini terasa begitu dingin. Aku pun menyelubungi diri dengan selimut katun bermotif panda. Tapi, tengah malam aku terbangun akibat kedinginan. Ternyata selimutku tersebut tersibak seluruhnya hingga menggunuk di sebelah kiri tubuhku. Aku pun menarik selimut tersebut dan kembali bergelung dengan nyaman.Â
Â
Jam dinding menunjukkan tepat pukul 2 malam. Aku kembali terbangun karena kedinginan. Sendi-sendi ototku terasa begitu ngilu. Selimutku kembali tersibak ke tepi kiri. Aku pun kembali merenggut selimutku. Mengapa sulit sekali menariknya? Selimut itu terasa begitu berat seperti ada beban yang menindihnya! Karena mengantuk, aku tak terlalu mempedulikan kejanggalan itu.