Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi di Tengah Harapan dan Kenyataan

15 November 2023   13:58 Diperbarui: 15 November 2023   15:43 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Ilustrasi ironi (bedavainternet.com.tr)

Kerugian dan penderitaan tak ada arti apa pun dari hasil konflik. Pemenangnya menderita, tapi lebih baik tidak menang. Yang kalah menderita, tapi tidak akan lebih baik jika mereka menang. 

Kekalahan total akan lebih baik daripada kekalahan bersyarat. Eksplanasi ini menunjukkan betapa ironisnya kesenjangan anatara harapan dan kenyataan dalam konteks yang tidak tertulis dan semua keadaan dan problem ini sangat kontroversial.

Semua hal tersebut hanya berdasarkan kondisi nyata yang dialami orang Papua. Hidup di negeri yang serba salah tidak hanya membuat orang takut dan bahagia. 

Konflik cenderung menjadi fenomena gunung es di lautan, dimana terdapat lebih banyak konflik yang belum terungkap daripada yang terlihat. Kini publik menginginkan jawaban yang tepat dan cepat atas perubahan ironi tersebut.

Keadaan ini merupakan gambaran tentang ironi kehidupan dan manusia Papua. Bukan saja karena fakta-fakta yang memilukan masih terjadi di tengah upaya untuk menempatkan orang Papua dalam martabat yang sejajar dengan bangsa lain, tetapi juga karena paradoks yang masih terjadi dan menjadi ironi dalam kehidupan di negeri ini.

Situasi ini sungguh ironis, artinya sikap acuh tak acuh terhadap Papua dan berbagai peristiwa di dalamnya. Kontradiksi antara hasrat dan anarki sejarah Papua menyebabkan masyarakat seolah-olah hidup di dunia yang tidak dapat menemukan tempat tinggal, kemudian menyadari betapa absurdnya hubungan antara intropektif dan retrospektif. Tindakan tersebut justru menghancurkan kehidupan orang Papua.

Semua orang tentu enggan mendengar dan melihat keresahan yang terus terjadi di Papua. Namun sayangnya, fakta ketimpangan politik, sosial, ekonomi dan insfrastruktur di Papua memang sangat rentan menjadi modal ketidakpastian dan ketidakpuasan yang dapat berujung pada konflik. Masa lalu telah dilupakan, masa depan tidak dapat dibayangkan dan situasi saat ini masih belum menentu.

Bagaimana orang Papua berpijak di alam semesta yang terus-menerus didorong oleh arus waktu? Faksi demi faksi, keyakinan demi keyakinan, kawanan demi kawanan, kebohongan demi kebohongan, orang menjadi muak dengan segala kekecewaan dan rasa aman yang palsu. Segala -isme yang dianutnya berakhir pada kesimpulan yang sama yaitu penyesalan dan kekecewaan.

Permainan kata di sini sanagat fix karena terkesan ironis. Menyangkal kerinduan akan makna dan keadilan melalui kepasrahan dalam pengorbanan demi kejelasan dan kepuasan. Segala sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi dipandang tak lebih dari sebuah permainan. 

Politik, moralitas dan budaya tidak lebih dari sekedar hiburan. Keterikatan yang ironis terhadap ideologi Papua atau dukungan terhadap sekutu. Orang-orang yang merasa kecewa dan diremehkan, masyarakat yang ironis kini bisa dilihat atau ditipu, sinisme dan sikap apatis mendominasi di tengah harapan dan kenyataan.

Namun sebagian dari mereka masih berkeyakinan, ada satu hal yang tak segan mereka klaim. Meski fenomena ini selalu memimpikan harapan dan kenyataan. Untuk mencapai surga di bumi, Anda harus mengubah rasa sakit emosional menjadi kekuatan dan menggunakan kekuatan itu untuk mengubah ketakutan dan kecemasan menjadi cinta tanpa syarat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun