Mohon tunggu...
lilis zianah
lilis zianah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Meninggalkan jejak kebaikan u hidup yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sebuah Ironi, antara Hari Raya dan Utang

9 April 2024   12:00 Diperbarui: 9 April 2024   12:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Dua hal ironi, hari raya dan hutang. Hari raya adalah hari bahagia, hari kebahagiaan buat para muslim sedunia. Hari suka cita berkumpul bersama anggota keluarga yang jauh maupun yang dekat.

Namun, saya cukup tercengang melihat sebuah narasi di media online, bahwa lebih dari 50% warga Indonesia berhutang saat hari raya tiba .

Wow... Sebuah data yang fantastis. Fakta yang lain bahwa konsumsi makanan dan belanja persiapan untuk hari raya meningkat tajam di bulan ramadhan.

Apakah hal tersebut sesuai dengan pendapatan yang meningkat, atau kebutuhan yang meningkat atau keinginan yang meningkat atau karena tidak bisa menghindari tradisi di saat kondisi ekonomi memang sedang sulit.

Persebaran uang memang terjadi dimana-mana, dari kota sampai desa, mulai dari bagi bagi hampers ke rekanan sampai uang baru hari raya yang dibagi-bagikan ke keluarga dan handai taulan, utamanya anak - anak dengan tradisi angpao hari raya.

Namun jika hal itu diperoleh dengan berhutang, sebuah kebahagiaan sesaat yang menimbulkan pikiran bahkan beban setelahnya, astaghfirullah.

Ada saatnya kita harus mengambil langkah tegas untuk tidak berhutang untuk konsumsi. Gunakan saja yang ada tanpa tambahan hutang.

Ada saatnya hati ini harus kuat ketika kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja, disaat waktunya berkumpul dengan anggota keluarga.

Ada saatnya kita memang harus cuek dengan tradisi di saat kantong lagi kering. Mungkin ia banyak yang mencibir, membuat omongan dibelakang kita. Lagi miskin dan sebagainya, tapi ya sudahlah, tebalkan telinga untuk kebahagiaan diri bebas dari hutang.

Namun kita memang harus menguatkan iman dan berulang kali berkaca tentang kondisi ekonomi sebenarnya.

Ada kalanya juga kita tidak berharap balasan apa yang sudah kita berikan kepada orang lain di saat hari raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun