Mohon tunggu...
Sigit Nugroho
Sigit Nugroho Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah

Berlatar belakang bahasa Inggris, berminat sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Tertinggal

29 September 2016   08:27 Diperbarui: 29 September 2016   19:22 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tapi kau juga mesti tahu Win. Aku bisa saja menanggalkan mimpiku melanjutkan kuliah di Inggris saat ini. Kamu liat ini? Amplop ini biar kubuang saja,” ujarku sambil mengacungkan amplop pengumuman itu.

“Jangan, Ardi!!” pekiknya sembari menahan tanganku.

“Aku batal pergi, Winda. Aku nggak mau pisah dari kamu. Aku masih pengen liat kamu lagi. Cintaku tertinggal di sini, Win!” ujarku meyakinkannya.

Air mata Winda turun lagi. Perasaannya kian tak menentu melihat sikapku yang sepertinya skeptis itu. Ia seperti tak tega padaku yang hendak mengorbankan mimpi besar yang sudah di depan mata itu hanya demi dia.

“Nggak, Ardi. Kamu harus kejar mimpi-mimpimu. Lanjutkan langkahmu yang sudah terlampau jauh itu. Lanjutkan, Ardi! Jangan kamu korbankan hanya demi aku. Kamu nggak boleh berhenti!” katanya.

Kutatap matanya dalam-dalam, lalu aku tertunduk.

“Aku mencintai kamu, Winda. Aku nggak ngerti harus gimana lagi buktiin ke kamu. Satu-satunya yang bisa jadi bukti nyata hanya dengan batal pergi,” ucapku pasrah. Bayangan British Isles memudar dalam benakku.

Winda tersedu. Ia berusaha menahan tangisnya yang susah sekali dihentikan. “Ardi... apa yang udah kamu lakukan selama ini buat aku... semuanya jadi bukti cinta kamu ke aku.... Akulah yang bodoh selama ini. Aku nggak pernah peduli dan selalu nganggep perasaanmu cuma main-main. Maafin aku Di.... Aku percaya sama kamu. Iya, aku percaya bahwa kamu... memang sayang dan cinta sama aku....,” isaknya.

“Udah lama banget ya, kamu jaga perasaanmu itu. Aku nggak nyangka, Di...,” lanjutnya kemudian. Tangannya sampai gemetaran.

Aku menimang-nimang amplop pengumuman yang sejenak membimbangkanku. Winda meraih amplop itu, lalu memasukkannya ke dalam tasku. Aku cemas membayangkan perpisahanku dengannya. Ah, mungkinkah hari ini kali terakhir aku melihatnya? Bisakah kulihat lagi paras memesona gadis ini? Segala macam perasaan berkecamuk dalam hatiku, tak henti-hentinya.

Winda diam sejenak dan menunduk. Dilepasnya sebuah gantungan kunci bertuliskan namanya dari tasnya. Ia raih tanganku, lalu menyematkan gantungan kunci itu dalam genggamanku. Aku heran. Mungkinkah ini hadiah perpisahan darinya? Winda....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun