Narator (Mira Lestari):
 Sita Rahayu pernah bermimpi menjadi bos besar di dunia korporat, tapi sekarang, hidupnya adalah tentang mengurus tiga anak yang tak pernah diam dan suami yang semakin sulit dipahami. Di Puri Anggrek Elit, ia adalah wanita yang selalu terlambat, selalu lelah, tapi tak pernah menyerah. Tapi malam ini, Sita akan menemukan sesuatu yang membuatnya mempertanyakan semua yang ia tahu tentang keluarganya---dan tentang saya.
 Sita Rahayu menjatuhkan diri ke sofa ruang keluarga, napasnya tersengal setelah seharian mengejar anak-anaknya. Rafa, 10 tahun, masih berlarian di lantai atas, berteriak tentang game online yang tak kunjung menang.
 Dua anak kembarnya, Lila dan Lio, berusia 5 tahun, akhirnya tertidur setelah drama panjang soal makan malam. Sita memandang tumpukan piring kotor di wastafel dan merasa ingin menangis---atau mungkin melempar sesuatu.
 Dulu, Sita adalah manajer pemasaran di perusahaan multinasional, menghadiri rapat di gedung-gedung kaca Jakarta dan bepergian ke Singapura untuk presentasi.Â
 Tapi setelah kelahiran kembar, ia memilih berhenti, berpikir bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah panggilan yang lebih mulia.Â
 Sekarang, di usia 36 tahun, ia merasa seperti kapal yang kehilangan arah, terombang-ambing di lautan kebutuhan anak-anak dan harapan suaminya, Bima.
 Bima, seorang konsultan keuangan, baru pulang larut malam ini, seperti biasa. Sita mendengar suara mobilnya masuk garasi, tapi ia tak punya energi untuk menyapa.
 Sejak kematian Mira Lestari, Bima tampak lebih tegang dari biasanya, sering menerima telepon di kamar kerja dengan pintu tertutup. Sita mencoba mengabaikannya, tapi firasat buruk terus menggerogoti pikirannya.
 "Sita, kamu ke arisan Rina tadi?" tanya Bima saat masuk, melemparkan jaketnya ke kursi. Wajahnya lelah, tapi ada ketegangan di matanya yang membuat Sita curiga.