Bos itu, sepanjang hidupnya, meminta semua anak buahnya bertepuk tangan setiap kali ia membuka mulut.
Padahal mulutnya, sejak dulu, berbau got yang disembunyikan dengan permen karet.
Ia berkata dirinya pemimpin. Kami tahu, ia sekadar badut dengan kemeja kusut yang merasa gagah.
Ia menderita penyakit aneh: ingin dipuji, ingin disembah, ingin dilihat sebagai raja.
Ketika tubuhnya mulai rapuh, ia mengigau.
Ia menyebut nama Tuhan dengan lidah belepotan.
Ia bersholawat, tapi suaranya lebih mirip geraman.
Kami diam saja. Tidak ada yang peduli.
Doanya hanya memantul ke langit-langit kamar seperti nyamuk tersesat.
Mulutnya semakin busuk, wajahnya lebam keunguan,
dan entah kenapa, bentuk tubuhnya perlahan berubah seperti perempuan,