Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Aku Hanya Ingin Melindungimu

12 Mei 2023   23:45 Diperbarui: 14 Mei 2023   22:27 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenai jarak tempuh dari rumah ke kota yang memang terbilang jauh, aku akan mengupayakan supir untuk mengantarnya pergi-pulang, tetapi dia menolak dan berdalih cara tersebut sangat tidak efisien untuk kegiatan belajarnya, terlebih-lebih yang paling utama sebenarnya dia ingin mandiri.

Meski belum sepenuhnya rela melepasnya, baiklah, aku mengalah. "Jaga dirimu, Nak." Amanah ini selalu kutekankan untuknya.

Mobilku melaju lancar di jalanan lengang. Ketika separuh lebih perjalanan, dari kejauhan tampak sedikit keramaian. Dua orang polisi ada di sana. Seketika aku panik dan mengira-ngira, apakah Suzan yang ada di sana?

Aku memberhentikan mobilku tidak jauh dari keramaian kecil tersebut. Namun, begitu berlari mendekat, yang kujumpai hanyalah seorang pria kurus berjanggut sedang ditahan polisi, mungkin saja dia kena razia malam.

"Oh, maaf," kataku lega.

Aku kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan hingga kurang dari satu jam tiba di depan rumah bertingkat. Aku turun dan menelepon Suzan sekali lagi. Sial! Jawaban operator tetap sama.

Pintu utama rumah terkunci. Sekeliling rumah sunyi senyap dan di dalam rumah pun tampak gelap. Namun, tatkala aku mendongak, satu jendela di lantai dua separuh terbuka dengan cahaya remang-remang di dalamnya. Aku segera mencari beberapa bebatuan kecil dan melemparnya ke sana. Sayangnya, tidak satu pun yang menuju sasaran.

Tidak ada yang kupikirkan selain hal konyol bahwa satu-satunya jalan aku harus memanjat. Beruntungnya, aku menemukan tangga di samping rumah---ah, anak-anak terlalu ceroboh meletakkan tangga di sini.

Tanpa lama, aku bergerak cepat supaya bisa sampai ke atas. Pada usia hampir separuh baya ini meski bersusah payah, tubuhku masih bertenaga. Dengan berpegangan pada pipa air dan mencoba bertumpu pada bagian dinding yang menonjol, aku bisa juga menggapai jendela, melebarkannya, dan melompat masuk, lalu terduduk di lantai dengan napas naik-turun.

Tiba-tiba seorang berteriak kencang. "Oh, Tuhaaan! Siapa kamu? Pencuri? Keluaaar! Keluar dari sini atau aku akan panggil polisi!"

"To---tolong jangan panggil polisi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun