Sebagai grafolog global, sarjana HI, dan mahasiswa S2 bidang AI (Artificial Intelligence), Dewi melihat pembinaan siswa di barak militer adalah langkah berani untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia.Â
"Di barak, disiplin dilatih. Lewat grafologi, karakter dikenali. Lewat AI, perubahan bisa dibuatkan alat bantu untuk mempercepat proses," tulisnya di halaman Instagram pribadinya.Â
Setelah melihat dan ikut turun dalam program perdana inisiatif Gubernur Jabar ini, Dewi menilai barak dapat sebagai tempat untuk membangun karakter bangsa.Â
Dalam analisis grafologi yang dilakukan oleh Dewi, yang pertama dicari adalah apa yang menjadi trigger (pemicu) masalah anak-anak ini dan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Â
Menurutnya, karakter anak tidak cukup dibentuk dari teori, tetapi lewat pengalaman, intervensi tepat, dan pemahaman mendalam terhadap jiwa mereka.Â
Menurut hasil analisa grafologi terhadap 273 tulisan anak-anak di barak militer ini, diketahui secara umum mereka mempunyai kondisi emosional yang 'babak belur', di mana mereka sulit mendapat penerimaan dan juga sulit mengekspresikan diri.Â
Dedi Mulyadi dengan terus terang mengakui tidak melakukan kajian terlebih dahulu sehubungan dengan program ini karena Gubernur Jabar ini lebih mengedepankan tindakan solutif terlebih dahulu untuk suatu permasalahan dan kajian dapat dilakukan setelahnya.
 "Kesempurnaan terjadi setelah kita melakukan," jelas Dedi dalam wawancara eksklusifnya dengan Aju Dewi yang ditayangkan di kanal YouTubenya pada 29 Mei 2025.Â
Dewi mengatakan kerja sama antara ilmu psikologi klinis dengan grafologi akan memberikan hasil yang lebih baik.
Terhadap anak-anak di barak, dilakukan asesmen awal oleh psikolog klinis bersama grafolog sebelum ditangani lebih lanjut. Hasilnya asesmen awal ini adalah 70 persen dari anak-anak tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Profil sebagai 'manusia yang harmonis dengan dirinya sendiri' adalah hal yang paling menonjol dilihat tidak dimiliki anak-anak ini. Hal ini karena tidak adanya fondasi untuk hal ini dalam hidup mereka.Â