Mohon tunggu...
Shelomitha Zaskia
Shelomitha Zaskia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Hobi menggambar, memasak, menonton, dan menulis. Tertarik pada budaya Jepang dan Thailand.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Putri, Bayang Harapan Tanah Pertiwi

1 April 2024   13:48 Diperbarui: 1 April 2024   13:51 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: betahita

Lahan hijau sebelumnya sudah tergantikan oleh rumah warga, sebagian besar tanah juga sudah teraspal untuk memudahkan keseharian warga. Saka senang tak main ketika tetangga pertamanya datang kesana, namun dengan berjalannya waktu tetangganya yang berawal hanya satu tak ia sadari sudah melebihi dua puluh. Memang menjadi ramai dan karena banyaknya warga, akses Saka untuk bersekolah semakin mudah, namun beberapa warga terkadang dengan sengaja memburu hewan secara berlebihan terutama hewan yang sudah terancam punah. Atau bahkan menebang pohon sembarangan, dan berakhir membuat Morea terluka beberapa kali.

"Aw!!" 

Pekikan temannya berhasil menyadarkan lamunan Saka. Ia menatap Morea yang menutup lengan kirinya, merah mengalir dari sana lolos dari jemari lentik gadis itu. "Lagi?!" Melihat betapa dalamnya luka itu, Saka yakin ada beberapa oknum yang sedang merusak di dalam hutan.

"Tidak apa, hanya luka kecil. Lagipula pasti mereka melakukannya untuk memenuhi kebutuhan mereka."

"Kebutuhan apanya, mereka hanya egois Rea. Kamu bisa mengusir mereka dengan mudah tapi kamu selalu menolerir mereka." Saka jengkel bagaimana manusia tidak bertanggung jawab itu dapat merusak hutan seenaknya tanpa mendapatkan balasan yang setimpal.

Sore itu berakhir Rea mengajak Saka ke air terjun di dalam, untuk menghindari warga yang berkeliaran di sekitar perbatasan hutan, mengetahui bagian dalam hutan yang masih tidak terjangkau oleh para warga.

...

Saka membuka matanya menyadari udara yang tidak biasanya dingin menusuk terutama di pagi hari seperti ini. Tubuhnya ia paksa lepas dari ranjangnya, bersiap berangkat sekolah. Belum sempat ia pergi membersihkan diri, suara gemuruh menginterupsinya. Ia dapat melihat langit yang gelap dari balik jendela. Angin hari ini sepertinya sedang tidak bersahabat, batang pepohonan miring mengarah ke selatan terkena angin yang kencang.

Ia membawa dirinya keluar kamar, melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

“Oh, Saka. Sudah bangun nak?”

“Iya bu, ini mau siap-siap.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun