Mohon tunggu...
Shaleh Muhammad
Shaleh Muhammad Mohon Tunggu... PMII Maros / Wanua Masennang

Merasa perlu menulis untuk mencatat jejak zamannya, merekam kegelisahan hatinya, serta menyuarakan hal-hal yang selama ini luput dari perhatian. Berbekal sedikit pengetahuan, kepekaan rasa, dan dorongan iman serta akal, ia berusaha menjadikan tulisan sebagai jembatan antara pikirannya dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Refleksi Ramadhan di tanah Mandar. Merayakan Keberagaman, Menguatkan Laku Spritual

17 Maret 2025   01:07 Diperbarui: 17 Maret 2025   01:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sebagai seorang penulis yang datang dari luar Mandar, menyaksikan keragaman budaya di tempat inimenjadi sebuah momentum refleksi diri. Ada banyak cara dan upaya untuk menghidupkan malam-malam Ramadan, dan di Mandar, Ramadan terasa begitu bermakna. Berada di kampung orang untuk menjalani ibadah puasa menjadi jalan memperkuat laku spiritual. Dalam keadaan di mana identitas penulis tidak banyak diketahui orang, puasa bukan lagi sekadar tuntutan sosial, melainkan benar-benar lahir dari dorongan dan motivasi diri. Anonimitas menjadi ujian sekaligus peluang untuk lebih jujur dalam beribadah, sebuah latihan untuk menakar sejauh mana ketulusan hati dalam menjalankan puasa tanpa pengawasan sosial yang biasanya menjadi alasan tambahan untuk tetap teguh dalam ibadah.

Menyambut hal ini, buka puasa bersama masyarakat atau orang lain saya pikir bukan sekadar kebiasaan berbagi hidangan, tetapi juga latihan bagi fisik dan batin. Berbuka tanpa kehadiran keluarga di sisi menciptakan rasa yang berbeda, mengajarkan makna kebersamaan dalam arti yang lebih luas. Di sinilah nafsu fisik dilatih untuk bersabar, dan nafsu batin diuji untuk tetap merasa tenang serta menerima keadaan dengan penuh keikhlasan.

Baca Juga: Menyelami Kedamaian Mesjid Nurut Taubah, Antara Warisan Ulama dan Keikhlasan Umat

Setiap pertengahan Ramadan, terutama menjelang peringatan Nuzululquran, masjid-masjid di Mandar menjadi pusat kebersamaan dan kegiatan keagamaan yang penuh makna. Tradisi buka puasa bersama telah menjadi agenda rutin yang dinantikan masyarakat, di mana mereka datang berbondong-bondong bersama keluarga, menciptakan suasana hangat dan penuh kekeluargaan.

Di setiap masjid, jamaah laki-laki dengan sigap menata tempat untuk berbuka, sementara kaum perempuan sibuk menyiapkan aneka hidangan takjil. Lebih dari sekadar berbagi makanan, kegiatan ini juga memperkuat ukhuwah Islamiyah serta menumbuhkan semangat kebersamaan. Panitia masjid pun memanfaatkan momen ini untuk mengingatkan jamaah akan keutamaan 17 Ramadan, malam yang diperingati sebagai Nuzululquran, malam turunnya Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Setiap masjid memiliki cara tersendiri dalam menghidupkan malam penuh berkah ini. Di Masjid Raya Bonde, peringatan Nuzululquran tahun ini digelar dengan penuh khidmat melalui Haflah Tilawatil Quran, menghadirkan Qari dan Qariah Nasional yang melantunkan ayat-ayat suci dengan merdu, membawa ketenangan bagi para jamaah. setelah Tarawih berlamngsung, masyarakat juga masih antusias didapati kelompok-kelompok pengajian belajar Tilawah al-Qur'an.

Baca juga: Campalagian: Destinasi Utama di Bulan Ramadhan bagi Pencari Ilmu Agama

Sementara itu, di Masjid Baburahman, peringatan ini diisi dengan buka puasa bersama yang mengundang ana' pangaji, yakni para santri musiman yang tengah tinggal di sekitar Campalagian. Kegiatan ini menjadi ajang berbagi berkah serta mempererat hubungan antara masyarakat dan generasi muda pembelajar Al-Qur'an dan kitab Klasik yang hadir dari berbagai daerah.

Di Masjid Nurut Taubah KH. Muhammad Tahir Imam Lapeo, suasana keagamaan juga terasa begitu kental dengan berbagai kegiatan yang memperkokoh nilai-nilai Islam dan menumbuhkan semangat beribadah. bisa saja di mesjid-mesjid sudut mandar yang lain bisa saja melakukan kegiatan yang lain., entah ini masih asumsi penulis, wajar penulis masih bergeliat hanya di sekitaran Campalagian saja

Selain itu, di beberapa masjid, peringatan malam Nuzululquran juga dimeriahkan dengan pembacaan Qasidah dan syair Islami seusai salat tarawih. Lantunan syair-syair bernuansa religius ini menambah kekhusyukan suasana, mengingatkan kembali pada kecintaan terhadap Rasulullah dan nilai-nilai keislaman. Tradisi ini tidak hanya menjadi hiburan yang bernilai ibadah, tetapi juga menghidupkan kembali warisan budaya Islam yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Baca Juga: Eksistensi Tarekat di Kassi: Warisan Spritual yang terjaga di Maros

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun