Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Media Sosial dan Politik Indonesia: Sejarah Singkat (Part 2)

6 Juli 2020   21:50 Diperbarui: 6 Juli 2020   21:50 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: news.detik.com

Pada Januari 2017, We Are Social mencatat total populasi pengguna Internet di Indonesia diperkirakan 132,7 juta, termasuk 92 juta media sosial seluler dan 106 juta pengguna Facebook. Platform media sosial telah tertanam dalam berbagai aspek masyarakat Indonesia, termasuk politik, terutama di perkotaan daerah seperti Jakarta di mana penetrasi jauh lebih tinggi daripada rata-rata nasional. 

Di seluruh dunia, dan tentu saja di Indonesia, perluasan penggunaan media sosial telah memicu harapan dan hype baru tentang partisipasi politik dan keterlibatan masyarakat.

Potensi media sosial untuk politik telah mendorong pernyataan optimis tentang pemberdayaan digital dan pembaruan ruang publik. Pandangan optimis dan, kadang-kadang, utopis ini menggarisbawahi bagaimana platform media sosial meningkatkan pertukaran sipil di antara warga negara, mendorong keterlibatan warga negara, mengubah partisipasi politik, dan memfasilitasi jurnalisme warga yang mempromosikan transparansi.

Benarkah Utopis?

Para kritikus sama-sama sigap membantah pandangan utopis ini dengan menunjuk sisi gelap dari penggunaan media sosial seperti pengawasan negara dan pasar, hilangnya privasi, penurunan kualitas informasi, menjamurnya ketidakbenaran (hoaks), dan kebangkitan kelompok radikal online.

Fenomena terakhir yakni menjamurnya hoaks diperkuat oleh peristiwa Brexit di Inggris Raya dan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2016

Dalam kedua pandangan ini, platform media sosial dianggap sebagai aktor utama, yang memiliki agensi dalam membentuk politik.  Dalam keduanya, media sosial "foregrounded, sementara peran kategori komunikatif lainnya, termasuk sejarah, orang, [dan] budaya, tidak ditekankan dan dilatar belakangi".

Pandangan ini meratakan hubungan yang kompleks dan dinamis antara platform media sosial dan pengguna. 

Dampak sosial dari Internet dan media sosial, sebaliknya, "harus dipahami sebagai hasil dari interaksi organik antara teknologi dan struktur serta hubungan sosial, politik, dan budaya".

Sejalan dengan pandangan utopis yang saya uraikan di atas, sampai baru-baru ini, di Indonesia juga, ada antusiasme dan bahkan keyakinan dalam efek demokratis dari media sosial, seperti yang dicontohkan dalam kutipan di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun