Aku beranjak dari tebing yang luluh, tiang penyangga langit telah runtuh
menimpai  tanah-tanah merah yang retak tapi diam mengatup di sudut senja.
Ketika mimpi itu mulai memutik, di ufuk lembayung yang tak bias lagi dalam remang cahaya,
serupa jelaga yang diam di atas petiduran sang pengantin.
Â
Debur ombak kian menjejak tapak yang selagi aku kelana, menggulung terusÂ
pada biduk yang sedang melarung menyilir hembusan bayu, layarpun terkembang, Â
haluan menuju  pulau  yang dihuni para dayang – dayang  putri Gayatri
yang telah mati kemarin ketika ditinggal kekasihnya.
Â
Dengan nafas yang *hosa-hosa, untuk mengejar  mimpi yang telah hilang kemarin,