Mohon tunggu...
Septa Muktamar
Septa Muktamar Mohon Tunggu... Pegawai Negeri

Saya tidak terpaku pada genre tertentu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biji Karet KW

19 Mei 2025   16:15 Diperbarui: 20 Mei 2025   17:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayok siapa takut”! Kata Muklis. Selanjutnya biji Encep dan biji Muklis beradu, hasil suit pertama biji bidebam Encep diposisi bawah langsung hancur, begitupun waktu posisi di atas biji Encep pun hancur. Muklis tambah semangat, mulutnya nyengir seolah ngeyek biji Encep dan biji anak-anak lainnya.

“Ini Klis saya masih ada biji terakhir.” Ucap Encep mengeluarkan biji karet KW-nya.

Muklis tertawa keras sambil bilang, “Udah lagi, gak bakal menang nggak biji kamu.” Katanya dengan sombong.

Mereka suit lagi, Muklis menang dan berhak di posisi atas, posisi biji Encep di bawah, di tanah yang keras itu biji mereka beradu. Praakkk..bunyi keras biji kembali beradu. Muklis tertegun, kali ini bijinya harus kalah dengan kondisi hancur.

“Masih ada dua lagi saya.” Kata Muklis masih penasaran biji bulusnya kalah dengan biji Encep. Biji pertama bulus biasa, biji kedua biji bulus jenis biji kampak.

“Jadi, sini kita adu lagi”, sambut Encep. Anak-anak lain mulai bisik-bisik. Riuh rendah mereka kumpul untuk menyemangati adu biji Muklis dan Encep.

Kini menghadapi dua buah biji yang akan diadu Muklis, Encep tambah mulai pede terus ia  bilang, “Basing kamu Klis mau di atas, mau di bawah biji saya di mana aja ngelawan.”

Adu biji dilanjutkan, Muklis mulai memukulkan tangan ke arah biji kampak dengan bijinya Encep. Praakkk…..suara biji kembali beradu, pecah lagi biji bulus Muklis. Tampak makin kesal dia, diadu lagi biji bulus kampak terakhir, sekarang dengan gaya miring, dia coba embat dengan arah ke mata biji Encep sekuat tenaga. Seakan benteng yang kokoh biji Encep tak goyah, malahan biji Muklis hancur lebur, bertabur di tangan.

Anah kalah biji kamu Klis, hore”. Seketika anak-anak itu bersorak. Sambil kesal Muklis meracau. “Lawang ngapa kalah biji saya”.

Adzan ashar mulai berkumandang, anak-anak itu bubar, pulang ke rumah masing-masing. Setelah mandi mereka bergegas datang lagi ke masjid untuk ngaji dengan Kak Mahmud.

Tampak di masjid Muklis datang dengan murung, masih dendam sedangkan Encep sangat bahagia. Sampai beberapa hari ke depan, kehebatan biji karet Encep menjadi omongan anak-anak se-kampung sebab mampu mengalahkan superioritas biji Muklis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun