Anak-anak sekarang banyak menghabiskan waktu dengan bermain gadget, beda dengan anak-anak zaman dulu yang menghabiskan waktu dengan mainan sederhana. Permainan anak dulu banyak memanfaatkan bahan alam, baik dari tumbuhan, buah-buahan maupun memanfatkan barang tak terpakai.
Masa bermain tiap jenis mainan cukup panjang. Permainan anak-anak mengikuti trend dengan jenis musim dan cuaca yang berbeda. Salah satu yang cukup populer dimainkan adalah aduan biji karet.
Biji karet aduan berasal dari buah karet yang diambil dengan memanjat pohon karet. Biji dipilih dari buah karet matang berwarna hijau tua. Buah karet diambil langsung dari pohon, bukan biji karet tua jatuhan. Biji yang dipilih untuk aduan adalah biji biru kehitam-hitaman dengan kulit sari tipis berwarna putih, kulitnya gampang terkelupas.
Biji diperoleh dengan membuka cangkang buah karet. Jumlah biji dalam cangkang bervariasi, bisa tiga, empat bahkan hingga lima atau enam buah. Biasanya anak-anak mengambil biji dengan cara membuka cangkang buah karet menggunakan batu. Biji dari cangkang tiga adalah biji biasa, biji dari cangkang dengan empat, lima dan enam biji mereka sebut biji kampak. Kenapa biji kampak karena biji yang diambil berbentuk pipih dan tajam seperti kampak.
Saat itu di kampung Encep sedang musim aduan biji karet, setelah lewat musim kelereng. Dalam hal mempersiapkan aduan biji karet, anak-anak mencari biji karet di kebun. Begitu pula bagi Encep dan Deski. Mereka juga mencari biji karet yang dianggap jago sebagai biji aduan. Kebahagiaan yang besar bila punya biji yang selalu menang aduan.
Setelah beberapa kali mencari, mereka menemukan pohon karet yang besar. Mereka panjat dan mendapatkan jenis biji karet baru dari pohon karet  yang belum pernah dipanjat anak-anak lain.
Untuk memperkirakan pohon karet yang berisi biji jagoan, mereka berpegang pada beberapa ciri. Pertama, ciri biji karet jagoan terdapat pada pohon karet yang buahnya sangat sedikit. Kedua, cangkang buah karet biji jagoan susah sekali dibuka. Ciri ketiga, biji jagoan memiliki kulit tebal dengan tulang tengah yang kokoh.
Encep dan Deski yakin biji karet yang mereka ambil adalah biji jagoan, biji yang mereka dapat sudah dicoba dengan mengadu biji lain dan biji karet baru mereka tidak pecah. Biji karet mereka diberi nama bidebam singkatan dari biji dekat bambu karena letak pohon biji bidebam di belakang rerimbunan pohon bambu pada areal kebun karet milik Pak Lurah.
Sewaktu biji mereka peroleh dan diadu dengan biji Pipik, Entul dan Mumuk bijinya selalu menang tapi waktu diadu dengan biji bulus Muklis bijinya keok, hancur. Padahal Encep sudah menyiapkan 10 biji aduan,  6 buah enam buah biji biasa dan 4 buah biji kampak.
Dengan biji bidebam yang baru, Encep berharap selalu menang hingga dikenal sebagai pemegang biji karet aduan paling hebat di kampung. Akibat kalah, sekarang Encep tak semangat karena sudah tidak memiliki biji karet jagoan yang bisa diadu.
Siang itu sesudah menimba air dari sumur, Encep tak sengaja menemukan beberapa kemiri kecil di tumpukan bumbu emak dalam bekas besek. Ada juga sisa buah kemiri yang sudah pecah. Dia ambil kemudian ia periksa. Dia perhatikan pecahan biji kemiri itu, kulitnya sangat tebal. Pecahan kemiri itu permukaan kulit luarnya hitam kebiru-biruan mirip biji karet muda yang biasa diambil buat biji aduan.